Cara Bijak Memarahi Anak

Cara Bijak Memarahi Anak ” Duh, anak ini bandel amat sih, dah dibilangin berkali-kali tidak mau nurut juga!” Kata-kata seperti itu sering kali kita dengar dari orangtua yang jengkel dalam menghadapi kenakalan anaknya.

Berikut ini kami kutipkan artikel tentang cara bijak memarahi anak dari buku karangan Mohammad Fauzil Adhim yang berjudul”Saat Berharga Untuk Anak Kita”.

Memarahi anak  itu boleh saja, tetapi dengan marah yang bagaimana. Memarahi anak bukan berarti kita tidak sayang pada anak. Kadang-kadang kita perlu juga memarahi anak. Memarahi dengan sikap lemah lembut bukanlah dua hal yang bertentangan. Lemah lembut merupakan kualitas sikap sebagai sifat dari apa yang kita lakukan sedangkan memarahi (bukan marah) merupakan tindakan.

Ajarkan Kepada Mereka Konsekuensi, Bukan Ancaman

Anak-anak belajar dari kita. Sikap kita merupakan cerminan bagi mereka, apa yang kita lakukan akan mereka tirukan untuk mendapatkan yang mereka inginkan ataupun untuk menunjukkan keakuannya.Selain dari kita lingkungan juga mempengaruhi perilaku mereka misalnya teman-teman sebaya. Ancaman tidak akan menghentikan kenakalan anak.

Yang perlu kita lakukan adalah

1.    Kembali ke prinsip Qubhunal ‘iqab bila bayan
Adalah buruk menghukum tanpa memberikan penjelasan
2.    Membuat komitmen dengan anak untuk mematuhi aturan
Misalnya anak menginginkan sesuatu hendaklah menyampaikan kepada orangtuanya dengan baik-baik dan bersabar bila belum bisa memenuhinya. Bersama itu bicarakan dengan akrab konsekuensinya bila anak marah karena keinginannya belum terpenuhi.

“Ibu sudah bilang berkali-kali”

Salah satu kebiasaan umum orang tua yang menyakiti hati anak adalah “Ibu sudah bilang berkali-kali, tapi kamu tidak mau mendengarkan”. Ungkapan ini memang efektif membuat anak diam tetapi diam karena harga dirinya jatuh bukan karena menyadari kesalahannya. Dampak selanjutnya konsep diri dan harga diri (self esteem) anak akan lemah.

Anak akan memandang dirinya secara negatif sehingga lupa dengan berbagai keunggulan yang dia miliki. Kebiasaan berkata semacam itu harus mulai kita kikis dari sekarang dan harus mulai berkata yang lebih positif.

Jangan Cela Dirinya, Cukup Perilakunya Saja

Tidak jarang anak-anak menampakkan perilaku negative padahal ia tidak bermaksud seperti itu. Kadang-kadang ia juga berkata yang tidak baik tanpa dia tahu apa maksud dari kata-kata tersebut. Kita jadi mudah keliru menangkap maksud anak dan terjebak dengan apa yang kita lihat. Kita perlu belajar untuk lebih terkendali dalam menilai anak.

Jangan sampai kita justru mematikan inisiatif-inisiatif positifnya. Seandainya ia melakukan tindakan yang tidak baik yang kita perlukan hanyalah menunjukkan bahwa seharusnya dia bertindak positif, kita luruskan perilakunya bukan mencela dirinya.

Celaan pada dirinya bukan pada tindakannya bisa melemahkan citra dirinya, harga diri, dan kepercayaan diri anak sehingga anak memiliki motivasi yang rapuh.

Sumber Gambar : http://4.bp.blogspot.com/-2lhaRfGFsxg/Uu_ZwQSV4cI/AAAAAAAAAy8/mqxEE8wl5Vk/s1600/4904734787_0874433776_o.jpg

One comment

  1. Artikelnya sangat bagus, terima kasih. Tapi kenapa ga ada link ke printer ya, kan enak bisa langsung diprint.

Comments are closed.