Banyak orang tua bertanya mengapa anaknya tidak mandiri dan bagaimana agar ia menjadi anak yg mandiri?
Penyebab anak tidak mandiri adalah;
1. Banyak di layani/dibantu; jadi usahakan agar sedikit mungkin kita melayani dan membantunya, biarkan ia berusaha melakukan sendiri meskipun hasilnya tidak seperti yg kita harapkan.
Misalnya menyuapi anak yg mestinya sudah belajar makan sendiri, minum sendiri, mengambil air sendiri, pipis sendiri dsb.
Tapikan masih kecil….? Belum Bisa sendiri ?
Tapikan nanti tumpah kemana-mana ?
Pemikiran inilah yg menjadi awal pemicu orang tua terlalu banyak melayani dan membantu anak hingga akhirnya menjadi kebiasaan dan baru sadar setelah anaknya tidak mandiri.
Bukankah ala bisa karena biasa…. jika sejak kecil dibiasakan maka akan menjadi kebiasaan hingga ia besar nanti.
2. Segala fasilitas yg ada dengan mudah diminta dan diperolehnya dengan mudah tanpa usaha. ”tinggal minta tersedia”
Pemikiran yg keliru yg banyak dimiliki oleh orang tua adalah; ”Sekarang saya sudah sukses, saya tidak ingin anak saya mengalami hidup sulit seperti saya dulu”. ”Jadi saya akan penuhi segala kebutuhan dan keinginannya”.
Kita tidak sadar bahwa yg telah menjadikan kita sebagai orang sukses seperti sekarang ini adalah karena kita dulu pernah mengalami dan mengatasi berbagai kesulitan dalam hidup kita dan bukan karena banyak diberi kemudahan dan fasilitas.
Fasilitas standar yg wajib diberikan oleh orang tua pada anak adalah Sandang, Papan, Pangan. Titik. Yang kita penuhi adalah kebutuhan anak dan bukan keinginannya.
Sisanya jika anak saya meminta sesuatu maka ia harus belajar mengumpulkan uang sendiri untuk membeli sesuatu sesuai keinginannya. Seperti membeli mainan atau pergi kesatu tempat bermain yg berbayar.
Caranya bagaimana ?
Kami menggunakan koin kebaikan dalam bentuk koin Rp 500,- setiap anak kami berbuat kebaikan dan membantu orang tua dia berhak menerima sejumlah tertentu koin sesuai kesepakatan yg telah dibuat. Misalnya merapikan tempat tidur dapat 3 koin, mandi tepat waktu tanpa di ingatkan dapat 4 koin, dsb.
Dengan sistem koin ini anak belajar untuk mendapatkan sesuatu dengan usaha dari dirinya sendiri. Sekaligus ia belajar tentang konversi mata uang dan hitungan matematika dasar plus tanggung jawab.
3. Tidak pernah diberi kepercayaan untuk melakukan sendiri.
Ini sangat umum sekali terjadi; misalnya seorang anak balita yg sedang ingin minum dari air mineral gelas, kebanyakan orang tua langsung mengambilkannya, berikut sedotan yg sudah di cobloskan oleh orang tuanya. Sangat jarang saya melihat orang tua yg meminta anaknya mengambil sendiri dan berusaha mencoblos sedotan ke gelas sendiri hingga anaknya berhasil melakukannya.
4. Selalu ditakut-takuti; ini adalah kebiasaan kebanyakan orang tua Indonesia jika menginginkan sesuatu pada anaknya; misalnya sudah magrib ayo masuk rumah nanti ada “kuntilanak”. Jangan pergi jauh-jauh nanti di culik. dsb.. kita lebih sering menakut-nakutinya, ketimbang mengajarkan pada anak kita untuk berhati-hati jika keluar malam, atau waspada mengadapi upaya penculikan dsb. Alhasil anak kita menjadi penakut dan tidak berani pergi jauh, bahkan selalu minta ditemani ke tempat yg paling dekat sekalipun; termasuk misalnya ke kamar mandi.
5. Selalu dipersalahkan dan dimarahi jika anak melakukan kesalahan untuk yg pertama kalinya.
Setiap manusia pernah salah, pada awalnya. Salah itu adalah sebuah proses untuk belajar yg benar. Asalkan tidak melakukan kesalahan yg sama berulang-ulang.
Sayangnya kebanyakan kita bukannya memberikan semangat ” ya.. gak papa ulangi lagi ade pasti bisa melakukannya !” melainkan kita sering memarihnya… “Tuh kan mama bilang juga apa….tumpah semuakan makannnya…. Sudah sini gak usah coba makan pakai sumpit segala”. Padahal anaknya sedang dalam upaya belajar bisa makan pakai sumpit seperti orang tuanya.
Jika ini terus dialakukan dalam banyak hal maka sianak akan mengalami ketakutan melakukan hal2 baru sendiri, tidak mau pergi sendiri, takut mencoba sesuatu yg baru sendiri..dst.
Nah setelah itu barulah kita sadar bahwa anak kita tidak mandiri.
Sayangnya pada saat kita sadar kita masih juga memarihnya dengan berkata: “Masak udah gede ke warung depan aja gak berani sendiri !!!”
Masih juga kita tidak sadar memarahi anak, padahal dulu kita sendirilah yg telah mendidiknya menjadi anak yg seperti ini;
Oh… malangnya nasib anak kita…. selalu saja dipersalahkan…oleh orang tuanya.
Ah seandainya saja para orang tua mau rajin membaca buku2 parenting dan belajar parenting dari seminar2 yg ada.
Mungkin anak-anak kita bisa jauh lebih mandiri dan hidup lebih bahagia bersama orang tuanya.
Yuk kita mulai belajar parenting agar bisa menjadi orang tua yg lebih baik lagi dari hari ke hati… Mau ????
Sumber : komunitas Ayah Edy Parenting