Dalam melatih keberanian dan kemandirian anak tidak bisa instan, tapi memerlukan proses dan waktu. Karena itu, Anda sebagai orang tua perlu menanamkan sikap kemandirian pada anak sedini mungkin, agar anak menjadi orang yang mandiri sejak kecil sampai kelak ia dewasa. Bila anak mandiri, anak akan percaya diri dimanapun ia berada. Begitu pula saat anak menghadapi masalah sehari-hari, dengan mudah persoalan tersebut akan diatasi tanpa harus bergantung kepada orang lain. Nah, tentunya Anda sebagai orangtua pasti menginginkan anak Anda menjadi anak yang mandiri bukan?
Berikut kami informasikan cara untuk membangun kemandirian dalam diri anak :
1. Menumbuhkan percaya diri anak
Setiap bayi sebenarnya sudah memiliki kepercayaan diri, tetapi ketika dia balita sebaiknya orang tua sepatutnya memberikan respon positif atas kebutuhan si anak. Hal ini dapat meningkat perasaan kepercayaan dari si balita dan balita pun akan merasa aman juga didalam kehidupannya. Dengan perasaan aman tersebut, balita pun akan lebih berani didalam menghadapi tantangan yang ada dihadapannya. Selanjutnya mandiri pun akan ikut terbentuk juga ketika menyelesaikan persoalannya.
2. Memberikan tanggungjawab atau kepercayaan kepada anak
Ketika kita melihat/merasa anak kita melakukan sesuatu yang kita rasa dia mampu melakukannya, sebaiknya kita memberi kesempatan kepada dia untuk melakukannya sendiri. Kita bisa memberi kesempatan kepada dia dan jangan melarangnya jika kita merasa dia mampu serta jangan terlalu risau. Memberi kesempatan dan kepercayaan kepada anak akan dapat membuat anak berani dan mandiri juga.
3. Memberi contoh
Seperti pepatah yang mengatakan bahwa anak adalah cerminan diri kita. Ya, pepatah tersebut benar adanya karena anak akan selalu mencontoh, terutama dari orang terdekatnya yaitu orangtua. Jika orang tua memiliki kepribadian yang tertutup misal tidak suka melakukan hal-hal yang baru, takut menghadapi tantangan sebaiknya tidak untuk terlalu mengharapkan balitanya tumbuh dengan memiliki kepribadian berani dan mandiri. Dengan memberi contoh yang nyata kepada anak, anak akan memahaminya dan semakin mudah dia menirunya. Namun jika orang tua tidak atau belum bisa memberi contoh yang nyata kepada anak, sebaiknya jangan menunjukkan “ketakutan” dan “ketidakmandirian” kepada si anak, baik secara langsung atau tidak langsung.
4. Jangan memaksa
Semua yang kita lakukan untuk membangun kemandirian dan keberanian anak memerlukan waktu dan proses, hal itu dapat berkembang secara perlahan sehingga jangan kita memaksa si anak untuk menguasai segala hal yang diajarkan pada saat itu juga. Misal melatih anak untuk selalu bangun tidur langsung mandi, jangan memaksa anak saat itu juga untuk menguasai hal tersebut, perlu beberapa hari hingga lancar. Orang tua selalu dampingi dan mengingatkan si anak untuk melakukan hal yang benar tersebut. Tetapi perlu diingat agar jangan terlalu sering/keras mengkritik si anak karena hal itu akan membuat nyali/keberanian si anak akan turun/down.
5. Jangan terlalu membebani
Perlu diingat bahwa tahapan yang bisa dilalui oleh si anak adalah berkembang secara bertahap, sehingga stimulus yang diberikan kepada si anak harus disesuaikan juga dengan perkembangan si anak. Jika terlalu banyak stimulus akan membuat si anak bingung dan akan kehilangan keberanian untuk melakukan sesuatu.
6. Menetapkan batasan dengan tepat
Kita tetap harus memberi batasan apa yang boleh dilakukan oleh anak kita, tetapi larang yang diberikan itu harus dapat disertai dengan alasan yang logis. Misal ketika si anak melatih keberaniannya dengan bermain di luar teras rumah, sepatutnya orang tua tidak menakut-nakuti si anak dengan hal-hal yang tidak bisa difahami/logis oleh si anak, contohnya mengatakan s anak akan diganggu hantu atau digigit anjing, dan sebagainya. Ketakutan tersebut akan ditangkap oleh otaknya sebagai kenyataan yang benar dan si anak pun akan tidak berani keluar dari teras rumahnya, akhirnya akan mempengaruhi keberanian dan kemandirian dia.
7. Memberi kesempatan memilih
Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya. Misalnya, sebelum menentukan menu di hari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk makan siangnya. Demikian pula dalam memilih pakaian yang akan dipakai untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya, misalnya. Kebiasaan untuk membuat keputusan – keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini akan memudahkan untuk kelak menentukan serta memutuskan sendiri hal-hal dalam kehidupannya.
8. Hargailah usahanya
Orang tua mungkin kadang merasa tidak sabar menghadapi usaha anak untuk berusaha sendiri tanpa bantuan orangtua. Namun, mulai sekarang Anda harus bisa menghargai sekecil apapun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Sebaiknya orang tua memberi kesempatan pada anak untuk mencoba dan tidak langsung turun tangan untuk membantu. Kesempatan yang anda berikan ini akan dirasakan anak sebagai penghargaan atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu.
9. Jangan langsung menjawab pertanyaan
Meskipun salah tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua Anda tidak harus langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan pada anak untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan tugas Andalah untuk mengkoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. Dengan demikian pun anak terlatih untuk tidak begitu saja menerima jawaban orang tua, yang akan diterima mereka sebagai satu jawaban yang baku.
10. Dorong untuk mencari alternatif
Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah, orang tua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Dengan demikian anak tidak akan hanya tergantung pada orang tua, yang bukan tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya sendiri .
11. Jangan patahkan semangatnya
Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan “mustahil” terhadap apa yang sedang diupayakan anak.
Sebenarnya apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia untuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya.
Sumber gambar : http://pasarsemarang.com/uploads/2012/07/foto-anak-mandiri.jpg