Ujian Kita Nggak Sama…!

Ujian Kita Nggak SamaHidup adalah ujian. Dan masing-masing orang diuji dengan ujian yang berbeda-beda. Ada orang yang diuji dengan kemiskinan, kejelekan, penderitaan, tapi, juga ada manusia yang diuji dengan harta, kekuasaan, juga keindahan fisik.

Kita tahu, para nabi adalah orang-orang yang paling berat ujiannya. Mereka menyandang status yang berbanding lurus dengan cobaan yang harus mereka hadapi. Tidak seperti kita, manusia biasa, yang sering kali lebih senang mengeluh daripada menerima ujian itu sebagai sesuatu yang harus diselesaikan dan “lulus”.

Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau. Padahal, belum tentu tetangga menyukai rumputnya sendiri. Bisa jadi ia tengah merasa bosan dan ingin berganti rumput. Atau…malah bisa jadi ia iri pada rumput kita yang kuning! Nah, kan…

Apakah jaminan, orang yang kaya, hartanya melimpah, cantik dan tampan, punya rumah mewah, mobil berderet-deret, itu selalu bahagia? Mungkin saja mereka bahagia dengan kelebihan harta tersebut, tapi, apa mereka bisa luput dari rasa sedih? Dari kemalangan dan ujian? Bisa jadi, hidup mereka terancam, dengan adanya orang-orang yang mengincar harta mereka. Hidup mereka selalu was-was, hingga harus selalu memastikan bahwa makanan yang mereka santap bebas dari racun, atau memastikan rumah mereka dipasangi detector keamanan yang canggih.

Apakah juga jaminan, orang yang hidupnya serba pas-pasan, rumah mengontrak di pinggiran kota, tepat di pinggir sungai kotor, pekerjaan sebagai pegawai rendahan, fisik pun pas-pasan, hidupnya pasti selalu sengsara? Tidak juga…Dengan keterbatasan bisa jadi hidup mereka lebih tenang, lebih bahagia karena tidak perlu pusing-pusing memikirkan saham yang anjlok, atau merasakan indahnya kebersamaan dengan sesama.

Sekali lagi, milikilah rasa syukur. Jika kita senantiasa berandai-andai menjadi orang lain, maka ujian tersebut akan terasa semakin berat. Belajarlah untuk menerima dengan ikhlas. Jika tidak, maka yang terasa hanyalah kesedihan dan kekecewaan yang dalam, keinginan untuk menjauh dan menarik diri, bahkan banyak orang yang melakukan aksi bunuh diri hanya karena kekecewaan yang bisa dianggap sepele.

Sangat disayangkan, bukan?

Kita harus memulai dari diri sendiri. Tanamkan pada hati dan pikiran kita, bahwa setiap ujian pasti ada jalan pemecahannya, asalkan kita mau mencari dan berusaha. Tidak ada yang tidak mungkin.

Cobalah untuk selalu berpikir positif. Hilangkan prasangka-prasangka buruk terhadap ketentuan Allah. Ingat, bahwa Allah mengikuti prasangkaan hambanya. Jika kita pikir kita tidak bisa, maka yang terjadi adalah kita tidak bisa alias gagal. Tapi, jika kita berpikir dan mengatakan pada diri kita, “aku pasti bisa dengan bersungguh-sungguh”, maka Anda akan melihat hasil yang luar biasa dari kekuatan tersebut.

Saya memiliki seorang kakak kelas di universitas. Semua orang tahu dan mengenalnya sebagai pribadi yang sangat baik, pemurah, dan senang menolong. Secara akademis, dia adalah seseorang dengan kemampuan yang sangat biasa. Benar-benar sangat biasa. Sistem di universitas kami adalah sistem gugur atau DO. Jika mahasiswa tidak bisa memenuhi standar penilaian, maka akan gugur.

Nah, yang sungguh mengagumkan adalah bahwa kakak kelas saya ini sanggup bertahan dalam posisinya, sementara teman-teman seangkatannya berguguran. Saat saya bertanya apa kuncinya? Ternyata jawabannya adalah kepercayaan dan kesungguh-sungguhan. Nilainya memang rata-rata, namun yang terpenting adalah bagaimana ia percaya pada dirinya sendiri untuk sanggup melewati semua ujian dengan baik, serta bersungguh-sungguh menjalaninya.

Atau…cerita lain yang sangat menggugah, bagaimana seorang cacat yang tak memiliki kedua tangan, bisa melakukan renang gaya dada yang mengalahkan juara renang yang normal. Saya mendapatkan cerita ini dari atasan saya yang memberikan training motivasi di kantor. Saya berpikir, jika bukan karena keinginannya yang kuat, juga semangat untuk berbuat lebih baik itu tidak besar, maka mungkin ia akan menjadi seperti penyandang cacat yang lain.

Luar biasa sekali, bukan?

Kita juga bisa. Mari kita buka pikiran kita. Hadapi ujian hidup sebagaimana kita menghadapi ujian akhir sekolah. Jika kita berhasil menyelesaikannya, Alhamdulillah, itu berarti kita  telah lulus pada tahap itu. Jika ternyata kita belum menemukannya, maka tetaplah berusaha, sampai akhirnya kita bisa menemukan penyelesaiannya.

Sumber Gambar : http://poskotanews.com/cms/uploads/2014/02/ombak.jpg