Pengaduan Orangtua : Menggugat Gmc (genius Mind Consultancy) Indonesia

Menggugat Gmc (genius Mind Consultancy) IndonesiaBerikut ini adalagi komentar yang masuk berkaitan dengan bantahan mengenai aktivasi otak tengah dari pembaca, sekaligus orangtua dari 2 orang putra yang mengikut sertakan anaknya dalam pelatihan GMC.

Sebagaimana yang dituliskan penulis di pondokibu.com berikut ini :

Silakan kalau ada yang mau menyanggah.
Posted on Juli 26, 2010 by Perdana Akhmad S.Psi

For those who do not understand Bahasa Indonesia (perhaps you are from Singapore, Malaysia, Taiwan), you can go to http://translate.google.com/ to translate this page.

Pengantar dari penulis:

Saya sengaja anonim karena :

– Tidak ingin ngetop … benar, saya tidak ingin ngetop atas expense perusahaan orang lain (GMC). Hal ini akan menasional, saya sadari itu. Jadi saya ingin menekankan bahwa saya membuat Group ini bukan karena ingin ngetop, tapi semata-mata karena prihatin. Itu saja.

– Mengurangi kemungkinan intimidasi. Sesungguhnya saya tidak takut sama sekali, toh saya hanya mengemukakan kebenaran. Hanya saja inconvenience yang tidak perlu kan lebih baik dihindari. Gitu aja kok repot … :-)

Banyak yang akan mencap saya pengecut … tak apa-apalah. Saya rela dibilang seorang pengecut. Yang pasti saya yakin saya bukan penipu. Pengecut masih lebih baik daripada penipu, bukan?

Para pembaca dipersilahkan menilai materi dalam tulisan ini murni dari segi materinya saja, tidak perlu ada bias, baik dari segi jender, agama, persaingan usaha, SARA, dlsb. Silahkan berpikir objektif dan diskusikan fakta-faktanya saja.

Kaitan saya dengan GMC (Genius Mind Consultancy)

Anak saya yang pertama ikut aktivasi GMC. Saya tidak memaksanya, dia yg minta ikut setelah lihat salah satu saudara kami yg sudah ikut GMC bisa membedakan kartu dgn blindfold. Ketika didalam ruangan sewaktu aktivasi juga cukup PD, mendapat beberapa hadiah karena berani menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para instruktur. Jadi saya simpulkan tidak stress, tegang, atau tidak mau berpartisipasi, dsb yang menurut GMC akan menghambat proses aktivasi. Setelah ikut 2 hari, ketika di test blindfold tidak bisa. Menurut instruktur kurang konsentrasi, tegang, harus banyak latihan, dsb.

Dia cukup terpukul karena merasa kok dia tidak bisa, sementara perserta yang lain bisa. Saya harus membantu rebuild the confidence, menemani latihan-latihan yang harus dilakukan dirumah. Dan setelah beberapa lama tetap tdk berhasil. Saya sudah menerima bahwa mungkin tiap anak berbeda-beda. Mungkin dia memang bakatnya bukan begitu.

Kemudian adiknya ikut aktivasi GMC juga. Pada hari pertama setelah pulang test blinfold belum bisa. Setelah ikut hari Minggu (hari kedua) pd session akhir ketika dicoba tebak kartu blindfold, ternyata bisa.

Hasilnya 100% tidak ada yang salah. Rupanya si adik lebih sensitif dari si kakak. Dia juga bisa mulai membaca dgn mata ditutup / blindfold reading (selanjutnya akan saya tulis BFR saja). Wah senangnya saya … memang tiap anak beda-beda. Si adik memang agak lebih sensitif selama ini dan terbukti disini. Si kakak belum berhasil sementara si adik sukses aktivasi otak tengahnya.

Lantas saya membaca tulisan bapak HHBS. Iseng-iseng saya coba saya pakai blindfold dan ternyata benar … saya BISA MENGINTIP dari bagian bawah penutup mata. Saya coba turunkan tutup matanya sampai ke ujung hidung … tetap masih bisa mengintip. Hanya setelah blinfoldnya menutup sampai dibawah hidung, atau diatas bibir, baru tidak bisa mengintip. Silahkan para pembaca MENCOBANYA dan membuktikannya sendiri. Saya sudah buktikan dan SAYA BISA MELAKUKAN BLINDFOLD READING ala GMC tanpa perlu diaktivasi otak tengah saya.

Saya mulai merasa was-was. Kemudian saya coba lagi si adik. Pertama-tama secara biasa, dengan hasil sukses seperti biasa. Kemudian ketika saya blindfold saya turunkan kebawah hidung, dia menolak dengan alasan mengganggu napas dan jadi tidak bisa mencium kartunya. Kemudian saya coba dengan menyelipkan tissue di kanan dan kiri hidung, sehingga tidak mengganggu napas, tapi menutup celah yang buat MENGINTIP. Kemudian main tebak kartu UNO, yg menebak warna dan angkanya (atau huruf pada kartu ungu). Saya coba sampai 10 kali biar jelas. Setiap kali tetap saya bilang “BAGUS” seperti kebiasaan di GMC. Hasilnya ketika dicoba, persis seperti yang saya perkirakan. Rasio keberhasilan menebak turun drastis dari 100% menjadi 0%. Ada yg warnanya benar (probalility/kebetulan?) tetapi angkanya salah.

Setelah dia buka tutup matanya, saya tunjukkan ‘tuh kan adik sekarang kok banyak salahnya’ (saya tidak bilang salah semua). Akhirnya sambil saya peluk saya bisikkan ke telinganya. Adik kemarin-kemarin waktu betul semua ngintip ya? Dan dia dengan malu-malu mengaku. Iya memang ngintip. Sewaktu membaca juga demikian, bahkan ketika di test maju ke depan di akhir sessi aktivasi juga ngintip. Saya masih berusaha untuk tidak bereaksi negatif, saya menghibur dia dengan bilang ga apa apa kok, tapi lain kali ga usah bohong-bohong ya …. Tetapi dalam hati saya hancur ….. anak saya yang masih TK “terkondisikan” untuk mulai belajar jadi penipu ….

Kemudian saya perhatikan video galeri dari GMC, nanti saya lanjutkan mengenai video, saat ini saya mau menulis tentang si kakak dulu. Si kakak saya perlihatkan video-video di website GMC yang telah saya telusuri. Saya merasa perlu memperbaiki kepercayakan dirinya yang cedera. Saya katakan bahwa its okay tidak bisa BFR, sebagian yang “kelihatannya bisa” mungkin tidak benar-benar bisa. Sebagian mungkin saja benar-benar bisa, tapi sebagian pasti bohong, saya bilang PASTI, karena pada saat aktivasipun ada satu orang tua yang bilang bahwa anaknya ngaku bahwa ngintip, hanya saat itu saya belum terlalu memperhatikan karena waktu itu saya BELUM MENCOBA SENDIRI memblindfold mata saya sendiri. Saya pikir untuk ngintip perlu usaha extra yg entah bagaimana. Saya belum sadar bahwa untuk ngintip tidak perlu usaha apapun, dibawah kain blindfold ada ruang yang cukup untuk mengintip. Yg perlu dilakukan cukup “mencium kartu” sambil mata melirik ke bawah …. cukup
itu saja.

Saya puji si kakak bahwa dia jujur, tidak perlu harus menipu apapun alasannya. Bahwa anak-anak lain yang tidak bisa juga banyak jumlahnya, cuma banyak yang tidak jujur, tidak seperti kamu. Saya katakan anak-anak lain seperti adikmu mungkin melakukan itu untuk alasan yang bagus, misalnya untuk membahagiakan orang-tuanya, kan di session terakhir diajarkan untuk menghargai orang tuanya. Mungkin si adik atau anak-anak lain merasa orang tua sudah membayar mahal-mahal dan kalau dia tidak bisa takut orang tuanya akan kecewa. Seperti saya tulis di atas, si adik selama ini memang lebih sensitif. Saya lalu tekankan si kakak untuk tidak mengungkit-ungkit lagi fakta bahwa si adik berbohong, kasihan si adik.

Mengenai video gallery, setelah saya mendapatkan bahwa si adik menipu, saya melihat lagi video-video yang ditampilkan GMC. Yang paling mudah adalah di website GMC sendiri, pada halaman video gallery. Saya perhatikan bahwa mulai dari yang mewarnai gambar, main catur, main play station, (kecuali yang main yoyo, saya tidak bisa menyimpulkan) semuanya ada gerakan mendongakkan kepala, tanda si anak berusaha melihat lewat sela-sela hidungnya. Dan tidak ada satupun yang memasang blindfoldnya sampai menutupi hidungnya, yang artinya ada sela-sela yang bisa untuk MENGINTIP. Silahkan anda lihat sendiri SEKARANG kalau anda tidak percaya saya …. dan anda simpulkan sendiri …

Kalau mau berbaik sangka, barangkali tidak semua anak menipu. Ada sebagian barangkali yang mungkin benar-benar bisa melakukan BFR. Tapi saya dengan serius mempertanyakan klaim 70-80 persen keberhasilan seperti yang tercantum di website GMC (bahkan 80-90 persen di brosurnya). Kenapa saya berpikir demikian, pada video galery yang merupakan etalase output-output terbaik dari GMC saja, lebih dari 90% saya yakin ngintip. Lantas bagaimana yang tidak termasuk kategori terbaik yang tidak ditampilkan videonya?

Saya rasa (mungkin saja saya salah) rasio yang tepat akan kira-kira seperti ini :

< 10 persen sukses bisa BFR
60-40 persen “terkondisikan untuk berbohong” (tmsk anak saya yg masih TK)
20-30 persen gagal BFR, yaitu yang jujur dan tidak ngintip.

Rasio ini lebih bisa saya percaya, hanya saja dengan rasio seperti ini apakah para orang tua akan berbondong-bondong mengikutkan anaknya ke GMC? Apakah pertanyaan ini perlu saya jawab? Ga perlu kan?

Saya masih percaya bahwa mungkin saja sebagian besar instruktur atau Licensee GMC tidak tahu fakta-fakta ini. Tapi saya yakin para penggagas atau konseptor GMC tahu dan sadar akan hal ini. Dari mana saya menyimpulkan?

Silahkan buka “Buku Latihan – Anak anak genius” yang dibagikan kepada para peserta setelah aktivasi (juga di brosur dan di website GMC). Halaman pertama ada gambar kepala manusia yang menunjukkan bahwa gelombang yang membuat anak bisa melihat dengan mata tertutup TERLETAK DI BAWAH HIDUNG. Justru di bagian dimana anak bisa MENGINTIP. Saya tantang GMC untuk melampirkan riset mana yang menyebutkan letak gelombang tersebut ada disitu, atau saya terpaksa menyimpulkan bahwa gambar ini adalah hanya akal-akalan yang disengaja untuk misleading dengan tujuan mendorong anak-anak kita untuk MENIPU.

Sebelumnya saya agak ragu-ragu untuk menulis hal-hal ini, ibaratnya kok ya saya cari-cari perkara. Tetapi beberapa hari lalu anak saya (si kakak) pulang sekolah cerita bahwa guru kelasnya bertanya apakah di kelasnya ada yang sudah ikut aktivasi otak tengah GMC. Ternyata ada 3 anak, dan ketika istirahat mereka bertiga ngobrol dan ketiganya tidak bisa BFR, bahkan yang seorang bilang bahwa sewaktu maju ke depan satu-satu di test sehabis aktivasi, dia ngintip. Hal ini membuat saya memantapkan diri untuk menulis ini. Jangan sampai lebih banyak lagi orangtua-orangtua yang ditipu dan anak-anak indonesia yang dimanipulasi lagi. STOP cukup sudah sampai disini.

Barang kali tidak semua orang tua sependapat dengan saya. Sebagian mungkin “memaafkan” ketidak mampuan BFR dan menjustifikasi effort dan biaya yang telah dikeluarkan dengan bahwa ada banyak manfaat lain selain blindfold reading. Saya tidak menyangkal, yang memang telah mendapatkan manfaat ya silahkan saja. Saya juga tidak mengganggap GMC tidak ada hasilnya sama sekali. Yang saya tidak setujui adalah penggunaan blindfold reading sebagai alat promosi dan alat ukur, sementara peluang untuk curang sangat besar. Ini mendorong anak-anak kita untuk curang, dan kemudian memperalat anak-anak yang sudah termanipulasi itu sebagai alat promosi bisnisnya. Itu yang saya tidak setuju.

Silahkan kepada para orang tua, COBALAH PAKAI BLINFOLD ANAK ANDA dan anda akan paham maksud saya. Apakah anda rela anak anda dibegitukan? Apakah anda tidak sedih, kecewa, dan merasa diberi harapan palsu? Apakah tidak kasihan anak-anak kita dimanipulasi untuk kepentingan bisnis, sementara kantong kita dikuras? Saya sih jelas-jelas tidak rela …..

Satu lagi, dalam 8 RAHASIA SUKSES yg diajarkan oleh GMC kepada anak-anak kita, tidak ada prinsip JUJUR, coba deh anda lihat lagi. Hal ini membuat saya makin percaya bahwa rahasia sukses versi GMC memang tidak membutuhkan kejujuran ….

Saya menyimpulkan bahwa pada aktivasi otak tengah GMC telah terjadi :

1. Pengkondisian agar si anak bisa “blindfold reading” dengan cara apapun, termasuk jika berusaha dengan tidak jujur. Setiap anak berusaha untuk BISA, dengan berbagai alasan : ingin terlihat hebat, tidak kalah dengan yang lain (kompetitif), ingin dipuji (baik dari instruktur dan terutama orang tua), ingin supaya orang tua tidak kecewa sudah keluar biaya yang cukup besar, takut kalau dinilai rendah oleh teman-teman atau lingkungan, dan berbagai motif lainnya yang khas anak-anak dan bukan dengan maksud jahat.

2. Pembiaran anak untuk melakukan hal tersebut, bahkan menyiarkannnya dengan tujuan pengembangan bisnis. Ini yang menurut saya motif yang jahat. Menguras uang orang tua, mengkondisikan anak-anak mulai belajar menipu, dan menggunakannnya untuk mempengaruhi anak dan orang tua lain untuk juga terjerumus. Saya kok tidak rela anak saya dimanipulasi seperti itu ….

Kesimpulan :
Sekali lagi saya ulang bahwa saya tidak mengklaim kebenaran mutlak disini, saya justru meminta GMC membuktikan bahwa BFR yang digunakan pada video-video dan alat pengukur setiap selesai aktivasi adalah TINDAKAN YANG JUJUR.

Yang saya minta kepada GMC, agar dalam waktu dekat ini, untuk :
—————————–
a. Mengganti blindfoldnya dengan yang semacam model kaca mata renang, ataupun bentuk lainnya dimana tidak ada sela-sela untuk mengintip. Sehingga tidak memberi peluang (meng-encourage) anak untuk berbuat curang.

b. Mencobakan kepada perwakilan orang tua sebelum melakukan pengetesan kepada anak-anak, untuk memastikan bahwa TIDAK BISA MENGINTIP sewaktu test blindfold pada sesi terakhir aktivasi.
——————————
Jika hal ini dipenuhi, saya akan hapus Page ini atau merubah isinya dengan hal-hal yang memuji GMC. Bahwa ternyata GMC memang seperti yang di promosikan dan punya integritas yang dapat dibuktikan.

Jika GMC gagal memenuhi hal-hal diatas, saya meminta agar GMC :
————————————-
a. Merubah bisnis model dengan menghapus iming-iming yang misleading, seperti jadi jenius, blindfold reading, dll. Hanya mencantumkan klaim-klaim yg sudah teruji (atau sulit dibuktikan), seperti meningkatkan prestasi sekolah, mebuat anak lebih bahagia, dll.

b. Membuat permohonan maaf di beberapa surat kabar Nasional, mengenai telah terjadinya misleading dalam promosi yang dilakukan selama ini.
—————————————-
Jika salah satu atau DUA PILIHAN (merubah blindfold atau merubah cara promosi) DIATAS TIDAK DILAKUKAN, maka dengan terpaksa, saya akan memulai langkah-langkah yang akan mengarah kepada penyelesaian secara Hukum, yang menuju ke arah :

Gugatan Pidana :

Melakukan gugatan pidana kepada seluruh Master Licensee di seluruh Indonesia, beserta seluruh staff pengajar atau instruktur GMC jika per Agustus 2010 masih melakukan kegiatannya. Sebelum bulan Agustus dapat dianggap belum tahu, tetapi per Agustus akan dianggap telah tahu dan mengerti sementara tetap melanjutkan perbuatannya, maka dianggap telah melakukan penipuan secara sengaja, dan masing-masing orang-perorang akan disangkakan melakukan pelanggaran pasal 378 dan 380 KUHP dengan hukuman 4 tahun penjara.

Gugatan Perdata :

a. Mengganti kerugian material berupa pengembalian biaya aktivasi sebesar Rp. 3.500.000,- kepada setiap orang tua yang merasa dirugikan. Dibuktikan dengan sertifikat yang diberikan kepada peserta. Bagi yang tidak merasa dirugikan dan tidak ingin minta pengembalian ya terserah yang bersangkutan masing-masing.

b. Mengganti merugian immaterial sebasar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) atau sejumlah lain yang ditetapkan oleh Majelis Hakim, kepada setiap anak peserta aktivasi, sebagai kompensasi telah dimanipulasinya anak-anak untuk kepentingan bisnis yang curang. Hal ini juga dibuktikan dengan sertifikat.

PS :
Saya menyederhanakan hal-hal yang berkait hukum, agar tulisan ini tetap dapat dicerna dengan mudah oleh masyakarat awam.

Selain daripada itu, secara paralel tulisan ini juga telah sampai kepada insan pers sebagai pilar ke-4 Demokrasi Indonesia (setelah eksekutif, legisatif, dan yudukatif). Saya lihat di web YLKI tidak menerima laporan via email, jadi jika kapan-kapan saya ke Jakarta saya akan laporkan langsung ke YLKI. Jika ada rekan-rekan yang mengalami hal yang sama dan dekat aksesnya ke YLKI, silahkan memasukkan pengaduan ke YLKI.

Semua yang saya sampaikan ini adalah bentuk keprihatinan, bukan karena ingin terkenal secara Nasional, bukan sama sekali. Saya hanya kecewa anak saya yang masih TK dimanipulasi dan dijadikan korban oleh sementara pihak untuk mengeruk keuntungan bisnisnya.

Saya rasa saya perlu share perasaan ini kepada para orang tua lainnya ……

Salam
Satria Dharma
http://satriadharma.com/

Sumber Gambar : https://coachbee.files.wordpress.com/2013/08/human-difference-of-thought-7368685_x.jpg

8 Comments

  1. Anak saya juga tidak bisa BFR…sudah latihan segala tetap ga bisa. Saya ikut anda tangan jika mau menggugat GMC. Bohong. HArusnya setiap pelatihan ada garansi kalau tidak bisa BFR, duit 100% dikembalikan.

  2. alhamdulillaah, terhapus rasa penasaran dan ketidakpercayaan saya selama ini. jazaakillaah khoyr atas infonya,,,, hahh….. propaganda untuk menjauhi (kejujuran yang diajarkan) agama. allaahul musta’an

  3. hm…..ternyata begitu,alhamdulillah blm jadi tertarik
    trimakasih dik infonya….ni adminya msh dik nisa (mediu) bukan?

  4. Terimakasih mba atas infonya, sebelumnya saya sudah berniat mendaftarkan kedua anak saya untuk ikut GMC sesuai brosur yang saya terima kayaknya menarik banget untung saya baca artikel ini kalau ga melayang percuma deh duitnya

  5. menurut pendapat saya sejak awal mengetahui adanya GMC yang memberikan waktu instan untuk aktivasi otak tengah sebenarnya sudah gak percaya, tapi sayangnya saya tidak bisa membuktikan hal tersebut, setiap individu anak berbeda dalam menerima suatu proses, untuk melatih konsentrasi saja dibutuhkan waktu berbulan-bulan tergantung kondisi penerimaan anak, itupun perlu dukungan keluarga untuk melatih dgn telaten, proses yang singkat menurut saya hanya berlaku buat ‘gifted child’ yang memang punya kemampuan sensitivitas yg tinggi & itu hanya bbrp persen minoritas dr anak2 di Indonesia, tetapi mungkin untuk brain gym-nya bisa bermanfaat sbgi pengetahuan anak2 agar dapat terus melatih sensitivitas & konsentrasi mereka, semoga saya mendapat pencerahan dgn bukti2 yang mendukung pendapat saya di awal2, tks.

  6. Makasih mba atas info penting ini…kemaren GMC juga dibahas di Trans 7…ada yg membantah dan ada juga yg mendukung..
    kebanyakn orang indonesia memang senang dgn yg instan2..semua ingin instan…bahkan jadi jenius pun ingin instan.. namun malah bukannya jadi jenius malah kerugian yg dituai… kita harus buang jauh2 kebiasaan ingin hal2 yg ekstra cepat…semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih berhati-hati…

  7. saya juga sama kayak mbak..ih bete banget dah keluar duti 3.5juta ga dapet hasil sama sekali…dah gitu ga da tanggapan dari gmc…malah dibilagn ibu tekankan kejujuran pada anak…hah bt banget orang dah jelas jelas tuh bisa ngintip banget…trus saya juga bilagn ganti dunk penutup matanya pake yang kacamata renag..katanya ga ada…padahal kan bisa bikin klo niat seh…..masa dari 3.5jt ga sanggup bikin yagn gitu duang…aarrgghhh super bt deh..tau gitu mendign dipake k bali sekeuarga…

Comments are closed.