Ada sebuah ungkapan, ”Pendidikan adalah jembatan emas bagi masa depan seseorang”. Tidak berlebihan memang ungkapan tersebut. Bisa kita lihat di negara-negara maju, pendidikan di negara tersebut pasti juga maju. Pendidikan bisa menentukan maju tidaknya sebuah negara.
Sebagai contoh, di Korea Selatan yang menjadi salah satu negara maju saat ini, pendidikan di sana sangat maju dilihat dari bagaimana begitu semangatnya para siswa belajar. Bahkan, sampai-sampai di sana ada razia yang unik, yakni razia untuk orang-orang yang masih membaca buku dan belajar di atas jam yang ditentukan. Wow, sesuatu yang sulit ditemukan di Indonesia.
Pendidikan anak merupakan kunci penentu untuk masa pendidikan secara keseluruhan karena pada masa anak-anaklah masa pertumbuhan berlangsung dan masa yang paling mudah untuk diberikan pengajaran. Mengingat pentingnya pendidikan anak, maka semua komponen harus terlibat aktif di dalamnya, terutama orang tuanya.
Pendidikan anak usia dini, bukanlah sekedar berupa instansi sekolah saja, tetapi juga bagaimana pendidikan bagi si anak juga berlangsung dan ada di dalam keluarga. Setiap orang tua harus memahami betul pentingnya pendidikan anak. Masa depan si anak sangat ditentukan oleh pola pendidikan anak yang berlangsung dalam keluarga. Jika pola pendidikan anak yang diterapkan kurang tepat, bisa jadi itu akan berdampak jangka panjang bagi si anak.
Contoh sederhana yang tidak sering kita perhatikan adalah pemilihan kata orang tua saat menasehati anak jika ia bersalah. Misalkan si anak membuat temannya menangis, seringkali orang tua menghujani anaknya dengan kata-kata,”Eh, kakak nakal! Gak boleh gitu!”. Sadar atau tidak, si anak akan mempersepsi bahwa dia memang anak yang nakal. Hal ini bisa saja berdampak pada masa depannya jika dilakukan berulang. Bukan tidak mungkin jika dia sudah besar, dia benar-benar menjadi anak nakal, entah itu suka mengganggu orang lain, mengambil hak orang lain, dan bisa jadi (maaf) menjadi nakal dengan menjadi koruptor. Na’udzubillahi min dzalik.
Semua orang tua pasti tidak menginginkan itu terjadi. Oleh karenanya, orang tua harus memiliki bekal ilmu yang memadai untuk mendapatkan pola pendidikan anak yang tepat. Banyak orang tua yang tidak mencari bekal ilmu mendidik anak, sekalipun dia seorang sarjana. Ada sindiran seperti ini,”Buat apa wanita harus sekolah tinggi-tinggi jika hanya nanti bekerja ngurusi anak dan di dapur saja?”, seseorang membuat celetukan balasan,”Lhoh, justru wanita itu harus sekolah tinggi-tinggi karena ngurusi anak itu membutuhkan ilmu yang tinggi”.
Dari sedikit celetukan di atas bisa mengindikasikan bahwa banyak orang tua meremehkan pendidikan anak, terutama pendidikan anak usia dini. Renungkan, Pendidikan anak, jembatan emas masa depan. Jika jembatan itu tidak dibuat dengan baik, maka anak akan terjerembab ke dalam jembatan yang sangat rentan rubuh. Siapa yang ingin anaknya jatuh di tengah jembatan sebelum ia mencapai masa depannya? Ataupun jika bisa mencapai masa depannya, karena dia melewati jembatan rusak, panjang, dan melelahkan, ketika sudah sampai di masa depannya pun, dia menjadi tak tahu berbuat apa dan dia hanya bisa menangis di ujung jembatan.
Maka dari itu, sebuah kewajiban bagi orang tua untuk menyediakan jembatan emas bagi anaknya dengan cara mendidik anak dengan baik agar masa depannya pun gemilang, In Sya Allah. Jangan hanya sibuk mencari selembar rupiah sehingga melupakan lembaran masa depan sang anak.
PENTING UNTUK ANDA :
[wpsc_products product_id=’16387′]
[wpsc_products product_id=’5926′]
[wpsc_products product_id=’16332′]
sumber gambar : http://3.bp.blogspot.com/-zqLTkbEvdqw/Uen1DRiZloI/AAAAAAAAAEM/jINMYLqsxqg/s1600/artikel-aspek-aspek-perkembangan-anak-usia-dini-19besar.jpg