Mompreneur Sukses Dengan Mainan Edukatif Buku Kain

mainan edukatif buku kain Berawal dari suatu keinginan memberikan mainan edukatif bagi sang buah hati Malvakayla. Malvakayla mendorong Yuliana warga Kramat Jati Jakarta Timur untuk berinovasi membuat buku dengan bahan dasar kain flanel. Wanita yang pernah bekerja sebagai wartawan ini sempat mencoba berbagai macam usaha. Diantaranya membuat kerajinan tangan seperti dompet, gantungan kunci, hingga gantungan handphone dengan bahan kain flanel. Namun, produknya tidak mampu bersaing di pasaran.

Yuliana pun akhirnya menutup usahanya. Kemudian, dengan sisa-sisa kain flanel yang dimilikinya terlintaslah ide untuk membuat kreasi mainan. Produk pertamanya adalah playboard, yang disukai oleh anaknya dan mendapat pujian juga dari suaminya. Yuliana yang jebolan IKIP Jakarta ini kemudian membuat buku kain. Saat itu dia membuat 10 buku yang disebutnya dengan buku ular. Suami Yuli menyarankan agar buku kain hasil karyanya ditawarkan pada teman-temannya. Tanpa disangka, dalam jangka waktu hanya satu hari, buku ular buatan Yuli langsung terjual habis.

Mengapa Memilih Inovasi Buku Kain?

buku kainMengapa bukunya dibuat berbentuk ular? Karena, anak kecil apabila disodorkan buku maka biasanya tertarik untuk melihat sisi belakangnya terlebih dahulu. Kemudian baru berminat untuk mengetahui isi keseluruhan dari buku itu. Maka dari itu, bukunya dibuat panjang menyerupai ular. Edisi yang pertama diberi judul aneka burung. Ide itu muncul karena pada waktu itu sedang musim flu burung.

Supaya buku mainan edukatifnya dapat dinikmati oleh semua kalangan, Yuli menjualnya dengan harga yang terjangkau Rp 47.500 tiap bukunya. Meskipun harga jualnya dua kali lipat dari modal untuk membeli bahan yang diperlukan, tapi dilihat sesuai dengan proses pengerjaannya yang memerlukan waktu yang lama. Setidaknya ada 6 tahap yang harus dilalui untuk menyelesaikan 1 buku ular. Yuli terus menjaga kualitas mutu, agar bukunya tetap aman bagi anak. Jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan seperti aksesoris mata lepas sehingga dapat di telan oleh si kecil.

Untuk membantu proses produksinya, Yuli juga memberdayakan tetangga rumahnya. Persaingan yang masih sedikit membuat Yuli yakin bahwa prospek bisnisnya akan cerah dan sukses. Untuk memperluas jaringan pemasarannya, Yuli juga menjual produknya melalui toko online. Selain itu juga, Yuli membuka sistem keagenan.

Dalam sebulan, kini Yuli mampu meraih omzet Rp 50 juta. Kendala yang sering dirasakan Yuli adalah apabila harga bahan baku untuk membuat bukunya itu terus meningkat. Belum juga apabila proses pengerjaannya yang panjang sehingga membutuhkan karyawan yang cukup banyak. Tap Yuli tetap tidak menaikkan harga jual bukunya. Tujuan awal Yuli hanyalah menciptakan mainan edukatif yang dapat dijangkau oleh semua kalangan.

Sumber gambar :
1. http://malvakayla.com/images/baru/isi2-anekaserangga-besar.jpg
2. http://malvakayla.com/images/apr2013/bkkeluargarimba1-b.jpg