Salah satu karunia yang Allah berikan kepada manusia adalah hawa nafsu. Hawa nafsu tidak selamanya jelek. Hawa nafsu yang mengarah kepada kejelekan itulah yang terlarang. Dalam hawa nafsu itu terdapat pula nafsu amarah. Bekal yang diberikan Allah ini akan menjadi bumerang bila tidak dikelola dengan baik.
Begitu juga dengan mendidik anak. Terkadang orang tua menjadi tersulut emosinya akibat gagal mengatasi tingkah laku anaknya yang di luar kehendaknya. Akhirnya orang tua itupun menjadi orang yang suka marah. Jika yang terjadi demikian, pantaslah jika anaknya menjadi anak yang sulit terkontrol emosinya.
Meredakan amarah dengan cara marah-marah tidak akan ada solusinya. Maka, jika anak sedang bergejolak amarahnya, selayaknya orang tua harus mengatasinya dengan cara yang sebaliknya, yaitu dengan cara yang lemah lembut. Hal ini bisa mengurangi amarah anak. Misalnya, si anak mendapat nilai 3 dalam ulangannya dan membuatnya marah dengan gurunya. Orang tua yang paham mengelola emosi anak akan memperlakukan dengan lembut sembari membelainya,”Gak apa-apa sayang. Insya Allah besok angka 3 berganti menjadi 8. Jadi, nilai 3 bukan masalah karena kamu besok akan berubah menjadi yang terbaik.”
Itu merupakan sugesti positif yang diberikan orang tua kepada anaknya. Sugesti semacam itu akan membuat anak nyaman dengan orang tua dan amarahnya pun bisa terkontrol. Sekali lagi, memarahi anak saat ia marah bukanlah solusi dalam mendidik anak mengatasi amarah. Orang tua justru harus memberikan solusi jika anak sedang marah, salah satunya adalah dengan memberi sugesti positif seperti tadi.
“Aku dibilang bodoh sama teman-temanku Mah…” ungkap anak sembari terbakar amarahnya. Saat itulah anak harus diberi sugesti positif,”Sayang, tidak ada yang bodoh. Yang ada adalah orang rajin dan yang malas. Yang rajin akan senang belajar dan yang malas akan merasa tidak suka belajar. Akhirnya yang senang belajar tadi akan bisa mengerjakan soal dengan baik dan tuntas, sedangkan yang malas akan kesulitan menjawab soal. Makanya, kita harus senang kalau belajar biar bisa mengerjakan soal dengan benar.”
Hindari sugesti negatif. “Kamu itu, makanya belajar yang rajin biar gak bodoh!”. Bisa dipastikan anak akan semakin emosional karena sugesti negatif yang diberikan oleh orang tua. Anak-anak sangat peka terhadap kata-kata negatif sehingga sebisa mungkin kita hindari kata-kata negatif kepada anak.
Teladan memang akan mengalahkan 1000 nasehat. Namun begitu, nasehat juga tetaplah penting. Nasehat yang tepat, baik isi maupun waktunya, akan memberik sugesti positif bagi anak. Nasehat yang menyentuh, membuat anak akan mudah menerima kebaikan dari orang tua, termasuk saat anak sedang marah.
Profil Narasumber
Muhammad Puji Kurniawan, S.Sos, M.Si (Kak Wawan), merupakan seorang pemerhati pendidikan anak yang tergabung dalam Persaudaraan Pendongeng Muslim Indonesia.
sumber gambar : http://www.beritametro.co.id/media/news/2013/09/4527.jpg