Dongeng, cerita, kisah, merupakan salah satu metode penyampaian pesan yang banyak disukai orang. Dalam Al-Qur’an pun, sangat banyak ayat yang yang berisi tentang kisah-kisah dan cerita-cerita. Pasti ada suatu hikmah yang besar mengapa metode ini banyak digunakan sekaligus disenangi orang. Selain bisa mendapatkan inspirasi dari cerita tersebut, biasanya cerita dapat menyentuh langsung ke hati para pendengarnya.
Adapun dongeng merupakan sebuah alur cerita yang disampaikan secara lisan. Biasanya merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi atau fiksi. Jika ada dongeng Nabi Yusuf maka itu kurang tepat. Seharusnya kisah Nabi Yusuf.
David McClelland, seorang pakar psikolog sosial, melakukan penelitian terkait dongeng yang berkembang di dua negara besar di Eropa, yakni Inggris dan Spanyol pada abad ke-16. Hasilnya ternyata sangat berbeda. Di Inggris, dongeng yang banyak berkembang adalah dongeng-dongeng yang memuat nilai motivasi untuk berprestasi, sedangkan di Spanyol yang berkembang justru dongeng-dongeng kejayaan masa lalu yang meninabobokan mereka. Inggris pun menjadi lebih maju dari Spanyol dalam berbagai hal, termasuk bidang ekonomi hingga saat ini.
Lalu, bagaimana dengan dongeng yang berkembang di Indonesia? Kita tahu semua bahwa yang sering diceritakan orang-orang tua menjelang anak tidur adalah cerita Si Kancil Pencuri Timun. Walhasil, korupsi merajalela. Anak diajarkan nilai-nilai buruk sejak kecil. Cerita Jaka Tarub, yang sering diceritakan sering mengintip bidadari mandi di sungai. Akhirnya, pornografi menggurita hingga sampai anak-anak di bawah umur. Tidak salah memang apa yang ditemukan oleh McClelland, bahwa dongeng yang berkembang di sebuah negara dapat mempengaruhi kemajuan sebuah negara.
Ada baiknya kita harus segera mengubah konten dongeng atau cerita yang kita sampaikan ke anak. Pilihlah cerita-cerita yang menginspirasi untuk berbuat baik. Di Indonesia banyak kisah-kisah heroik dan inspiratif yang berasal dari pejuang-pejuang kemerdekaan. Di antaranya kisah RA Kartini yang belajar Al-Qur’an dengan Kyai Sholeh. Karena ingin memahami lebih lanjut makna Al-Qur’an, Kartini pun meminta agar diterjemahkan Al-Qur’an yang sering dibacakan. Lahirlah Al-Qur’an terjemahan Indonesia.
Ada lagi kisah heroik mujahid kemerdekaan, Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, Bung Tomo. Mereka melawan penjajah yang menggunakan peralatan perang lengkap, sedangkan mereka sendiri tidak memiliki peralatan apapun selain yang sederhana. Namun, yang mereka andalkan adalah lafal Laa ilaaha illallaah. Mereka tidak ingin disebut pahlawan atau ingin sekedar dikenal banyak orang. Namun yang mereka cari hanyalah ridho Allah semata.
Masih banyak kisah lain yang bisa sampaikan. Tergantung tujuan kita, apakah yang ingin kita tanamkan pada anak. Mendidik anak melalui dongeng terbukti sangat berpengaruh luar biasa pada anak. Semoga dengan sering kita ceritakan kisah ataupun dongeng yang inspiratif akan membuat anak kita menjadi anak yang hebat seperti kisah-kisah pahlawan kemerdekaan kita. Tauhid kuat, setiap langkah manfaat.
Profil Narasumber
Muhammad Puji Kurniawan, S.Sos, M.Si (Kak Wawan), merupakan seorang pemerhati pendidikan anak yang tergabung dalam Persaudaraan Pendongeng Muslim Indonesia.
sumber gambar : http://bayi.info/uploads/2013/03/Mendongeng-Untuk-Bayi.jpg