Zaman semakin lama semakin berkembang ke arah digital. Berbagai game anak juga telah berkembang sehingga saat ini dengan mudah anak dapat memainkan berbagai game dari gadget yang semakin canggih pula. Kita sering melihat anak-anak duduk di sudut kampung bahkan hingga sudut masjid, ternyata mereka sedang asyik memainkan game yang ada di gadget milik temannya.
Seringkali, game-game tersebut membuat anak lupa waktu dan lupa belajar. Tidak hanya game di ponsel, tetapi juga di komputer, laptop, Playstation. Bahkan anak lebih mafhum dengan game dibanding pelajaran sekolah. Tidak heran memang karena dunia anak adalah dunia bermain.
Ada juga sekarang banyak bertebaran di kota-kota tempat bermain game online. Di sana anak-anak, bahkan juga remaja, berkumpul dan menghabiskan waktu untuk memainkan game petualangan. Terkadang pula, yang disukai anak adalah game-game yang berbau kekerasan yang mana sangat ditonjolkan adegan saling membunuh, walaupun hanya karakter kartun.
Apakah berpengaruh pada perkembangan anak? Pasti. Apa yang dilihat anak apalagi dalam intensitas yang sering, maka sangat mungkin terinternalisasi ke dalam alam bawah sadar mereka. Kemudian mereka pun akan mengikuti apa yang dilihatnya. Bisa jadi banyaknya tawuran yang terjadi antar pelajar, karena salah satunya dipicu seringnya melihat dan memainkan game yang berisi pembunuhan. Jika ingin menang maka harus membunuh musuh sebanyak mungkin. Jadilah kemudian, kalahkan musuh, maka kalian akan menjadi pemenang sesungguhnya.
Karakter keras yang sering dimainkannnya di dalam game, bisa pula berpengaruh pada sikapnya kepada orang tuanya. Sebelumnya ia anak yang tidak pernah melawan, sedikit-sedikit dia sudah mulai berani melawan orang tuanya. Atau sebelumnya dia orang yang lembut, karena terlalu kecanduan game online bisa jadi dia berubah menjadi kasar.
Lalu, bagaimanakah cara mencegah atau memproteksi anak dari bahaya game? Bukan kemudian kita melarangnya untuk bermain game, apalagi harus menutup tempat bermain game online atau rental playstation, lebih tepatnya kita mengarahkan dan mengalihkan kepada permainan yang edukatif dan mengandung unsur-unsur kebaikan.
Permainan-permainan tradisional yang dulu sering kita mainkan sekarang banyak dilupakan. Padahal permainan itu melatih kinestetis anak. Sebenarnya ini bisa mengalihkan anak dari game yang buruk di gadget. Namun karena semakin kurang populer sehingga kita harus mulai mempopulerkan lagi, misal gobak sodor di Jawa, atau enggrang. Di Jepang, ada origami.
Kita memang sulit dan tidak akan bisa membendung derasnya arus game berbasis multimedia yang semakin canggih dan membuat anak semakin terpikat saja. Namun, kita tetap tidak boleh mengekang anak. Memang kita sebagai orang tualah yang harus memutar otak untuk mendidik anak agar bisa mengimbangi derasnya arus kemajuan teknologi.
Semoga kelak Indonesia memiliki pembuat-pembuat game handal yang membuat game-game edukatif, bukan yang merusak moral. Karena dengan adanya game-game edukatif tersebut, bisa mengimbangi game yang tidak baik sehingga anak tetap bisa bermain game, tapi yang mendidik anak.
Profil Narasumber
Muhammad Puji Kurniawan, S.Sos, M.Si (Kak Wawan), merupakan seorang pemerhati pendidikan anak yang tergabung dalam Persaudaraan Pendongeng Muslim Indonesia.
sumber gambar : http://2.bp.blogspot.com/-LkelV7zrL7g/Uc_hk-u6HPI/AAAAAAAAAIE/rEiIemMQ_4M/s680/post-34.jpg