Rasanya tak ada seorang anak pun yang dengan senang hati harus menunggu meski cuma beberapa menit. Jangankan anak-anak, orang dewasa pun kadang tidak sabaran. Namun, melatih kesabaran pada anak amatlah penting diperlukan agar di kemudian hari kelak anak akan sukses dalam kehidupannya.
Mendidik anak tentang apa artinya kesabaran bisa dimulai pada usia berapa saja. Untuk anak yang memiliki bawaan sifat sabar lebih dari lainnya akan memudahkan kita mengajarkan bahwa pekerjaan menunggu adalah sesuatu yang mudah. Kendati secara alamiah anak mempunyai sifat sabar atau tidak, kita tetap harus mengajarkannya sedini mungkin. Bahkan sejak anak berusia 9-10 bulan. Janganlah selalu langsung memenuhi apa yang menjadi keinginan anak karena anak tidak akan pernah belajar untuk menunggu dan berjuang, yang sebenarnya hal tersebut merupakan tantangan penting.
Saat bola mainan anak jatuh, jangan langsung mengambilkannya melainkan tanyakan padanya bagaimana caranya agar bisa mendapatkan bola itu kembali. Jelaskan padanya cara untuk mendapatkan bola itu kembali. Seperti halnya juga saat anak membuang sepotong puzzle karena frustasi tidak bisa meletakkan di bagian yang tepat. Cobalah duduk disampingnya dan katakan “Bagaimana kalau kita coba berdua? Mungkin disini cocok. Bagaimana kalau ditaruh disana?”
Rasa keinginan dan kemauan yang kita perlihatkan untuk membantunya mencarikan tempat bagi potongan puzzle tadi akan membuat anak percaya diri terhadap kemampuannya sehingga di lain kesempatan hal semacam itu dianggapnya sebagai sebuah tantangan.
Anak selalu belajar apapun dari kita, jadi berhati-hatilah pada kata-kata, ucapan juga bahasa tubuh yang kita gunakan ketika harus menunggu. Misal, jika saat menghadapi kemacetan cobalah bersikap santai. Jangan perlihatkan rasa jengkel, mengumpat, mengomel, ataupun membunyikan klakson dengan sikap tak sabaran. Kita mungkin bisa alihkan dengan mengganti saluran radio atau menukar CD.
Berilah refleksi pendengaran yakni dengan pujian, hal ini akan memberi kekuatan pada anak untuk mencoba lebih kuat lagi. Misal pada waktu antrian panjang di kasir untuk membayar katakan padanya, “Ummi tahu, rasanya berat sekali untuk menunggu, memakan waktu lama. Tapi kamu hebat bisa mengerjakan sesuatu yang penting yaitu menunggu.”
Jika kita menunggu pesanan makanan di restoran namun kita mempunyai balita mintalah pada pelayan untuk menyediakan roti atau biskuit begitu kita duduk mengorder makanan. Sambil menunggu makanan datang berikan anak buku atau mainan agar tetap disibukkan oleh sesuatu, jadi bersikaplah rasional.
Bantulah agar anak selalu dapat mengembangkan strategi menunggu. Terangkan padanya tentang apa yang harus dilakukan untuk menghabiskan waktu. Sodorkan beberapa pilihan seperti bernyanyi bersama-sama atau membaca buku, sehingga nantinya anak akan terbiasa untuk mencari kegiatan di saat dia harus menunggu sesuatu.
Dengan memakai bantuan alat seperti timer juga dapat menolong anak untuk membayangkan konsep menunggu. Misal jika anak merengek minta dibacakan cerita namun kita sedang sibuk mengerjakan sesuatu, ambillah alat perebus telur yang menggunakan timer dan katakan padanya,”Perhatikan alat ini. Kalau belnya berbunyi Ummi akan berhenti bekerja dan membacakan cerita untukmu.”
Salah satu hal yang sangat berharga nyata dan sebaiknya diterapkan sebelum anak masuk kelompok bermain adalah belajar menunggu dan menguasai dirinya. Dua dasar ini sangat penting untuk sekolahnya kelak. Jika anak tidak belajar ketrampilan ini saat masuk sekolah dengan sifat ketidaksabarannya dapat mengakibatkan tanggapan negatif dari guru dan teman-temannya yang akan menyulitkan dirinya kelak.
Sumber : nova
Sumber Gambar : https://lh6.googleusercontent.com/-h-wMqusWyz4/VQdwx8AnqsI/AAAAAAAAUyM/uT-o4IvxUmQ/w600-h650/kolom-menahan-lapar-karena-menghormati-tamu-1097_l.jpg