Kenali Tanda Dan Gejala Dispraksia Pada Anak

Dispraksia merupakan gangguan yang terjadi pada anak dalam mengatur gerakan. Hal tersebut disebabkan kurangnya kemampuan otak dalam memproses informasi hingga pesan – pesan tidak sepenuhnya dapat di transmisikan. Hal tersebut mengakibatkan anak menjadi kesulitan berfikir, merencanakan serta kesulitan dalam melakukan tugas motorik atau sensorik. Dispraksia bukanlah gangguan yang terjadi pada otot dan mempengaruhi gangguan kecerdasan walaupun sebenarnya mempengaruhi kemampuan bahasa dan pengucapan pada anak. Oleh karena itu para orangtua haruslah mengetahui tanda dan gejala dispraksia pada anak.

Gejala Dispraksia

Pada Bayi

  • Dispraksia sering ditandai dengan sedikit atau tidak adanya ocehan.
  • Ketika mulai belajar bicara, huruf konsonan yang diucapkannya sangat sedikit.
  • hypertonia atau hipotonia.
  • Keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan.
  • Kesulitan melakukan aktivitas harian dan perawatan diri tugas-tugas seperti berpakaian.
  • Mengambil lebih lama untuk memperoleh keterampilan baru.
  • Kesulitan menjalin hubungan dan dengan perilaku sosial.
  • Kecemasan atau agitasi.
  • Tertunda perkembangan bahasa atau masalah dengan berbicara.

Pada anak usia 3 – 5 tahun (usia pra sekolah)

  • Aktivitas motorik yang sangat tinggi termasuk mengayun-ayunkan kaki dan menghentak-hentakan kaki ketika duduk, bertepuk tangan atau menari.
  • Tangan mengembang ketika berlari.
  • Kesukaran mengayuh pedal sepeda roda tiga atau mainan serupa.
  • Ketrampilan motorik halus yang jelek, misal sukar memegang pensil atau menggunakan gunting.
  • Kurang melakukan permainan yang imajinatif.
  • Mengalami kesulitan berbahasa yang terus menerus.
  • Respon terbatas pada instruksi lisan apa saja.
  • Terlambat berguling, merangkak, berjalan.
  • Kesulitan melakukan kegiatan fisik seperti naik tangga, berlari, melompat, dan melompat, jika dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama.
  • Kesulitan mengunyah makanan padat.
  • Memiliki kesulitan dengan genggaman menjepit dan memegang pensil atau gambar.
  • Gambar mungkin tampak belum matang untuk usia anak.
  • Sukar menyesuaikan diri saat beralih ke makanan padat.
  • Sukar melangkah, memanjat, menyusun puzzle, mempelajari ketrampilan baru secara insting dan lambat mengembangkan kata-kata.
  • Sulit berbicara dengan jelas dan kesulitan menggerakkan mata sehingga lebih suka menggerakkan kepalanya daripada menggerakkan matanya.

Pada Anak Usia Sekolah

  • Sulit berkata-kata atau mengekspresikan diri
  • Sensitif terhadap sentuhan
  • Kesulitan menyalin tulisan di papan tulis dan mengingat instruksi
  • Tidak dapat menangkap konsep seperti : “di bawah”, “di atas”, “di dalam” atau “di luar”
  • Sulit memakai baju atau sepatu sendiri
  • Kesulitan belajar naik sepeda akibat keseimbangan yang buruk
  • Kemampuan membaca yang rendah dan buruk dalam menulis.
  • Sebagian anak dispraksia mengalami articulatory dyspraxiayang menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam berbicara dan mengeja.

Dispraksia dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan tipe penampilannya;

  • DVD (Developmental Verbal Dyspraxia); anak mengalami kesulitan untuk membuat atau memproduksi suara atau kesulitan memproduksi suara menjadi kata.
  • OD (Oral Dyspraxia) pada kasus anak, ketidakmampuan melakukan gerakan mulut. Misalnya ketika diminta untuk angkat lidah, anak tidak dapat meresponnya. Tapi jika tidak disengaja anak dapat melakukannya.
  • MD (Motor Dyspraxia)

Gejala-gejala DVD

  • Ketrampilan menerima bahasa yang normal atau di bawah rata-rata tapi terjadi penundaan ketrampilan mengekspresikan bahasa. Contoh : Anak-anak mengerti atau memahami lebih baik daripada saat dia berbicara.
  • Pada beberapa tahun pertama terjadi perkembangan bicara yang sangat lambat.
  • Adanya regresi dalam berbicara, seperti contoh : kata-kata yang sudah dipelajari menjadi hilang.
  • Terjadinya kemajuan dalam berbicara pada saat dia mendapatkan usia yang lebih tua.
  • Secara keseluruhan terjadi ketidakkonsistenan bunyi-bunyi bicara pada permulaan tahun-tahun pertama, seperti contoh : setiap kali anak diminta untuk berbicara suatu kata, dia melakukannya dengan cara yang berbeda (adanya penekanan pada kata atau pronounced yang berbeda).
  • Bunyi atau suara tercetak dalam polanya sendiri dan tidak berhubungan sama sekali dengan perkembangan bicara yang “normal” dimana anak-anak yang lain mengalaminya.
  • Kekonsistenan bunyi bicara terjadi secara bertahap.

Sumber : dokterindonesiaonline.com