Keluarga : Wadah Penggodokan Keterampilan Emosional

Keluarga Keluarga Wadah Penggodokan Keterampilan EmosionalKehidupan keluarga merupakan  sekolah pertama kita untuk mempelajari emosi; dalam lingkungan yang akrab ini kita belajar bagaimana merasakan perasaan kita sendiri dan bagaimana orang lain menanggapi perasan kita; bagaimana berpikir tentang perasaan ini dan pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk bereaksi; serta bagaimana membaca dan mengungkapkan perasaan, harapan dan rasa takut. Pembelajaran emosi ini bukan hanya melalui hal-hal yang diucapkan dan dilakukan oleh orang tua secara langsung kepada anak-anaknya, melainkan juga melalui contoh-contoh yang mereka berikan sewaktu menangani perasaan mereka sendiri atau perasaan yang biasa muncul antara suami istri. Ada orang tua yang berbakat sebagai guru emosi yang sangat baik , ada yang tidak.

Ada ratusan penelitian yang memperlihatkan bahwa cara orangtua memperlakukan anak-anaknya-entah dengan disiplin yang keras atau pemahaman yang empatik, entah dengan ketidak pedulian atau kehangatan, dan sebagainya – berakibat mendalam dan permanen bagi kehidupan emosional anak. Tetapi, baru belakangan ini terdapat data kuat yang memperlihatkan bahwa mempunyai oran tua yang cerdas secara emosional itu sendiri merupakan keuntungan yang besar sekali bagi seorang anak. Cara-cara yang digunakan pasangan suami istri untuk menangani perasaan-perasaan di antara mereka –selain tindakan langsung mereka pada seorang anak– memberikan pelajaran-pelajaran ampuh kepada anak-anak mereka, karena anak-anak adalah murid yang pintar, yang sangat peka terhadap transmisi emosi yang paling halus sekalipun dalam keluarga. pemelitian menunjukkan bahwa pasangan yang secara emosional lebih terampil dalam pernikahannya juga merupakan pasangan yang paling berhasil membantu anak-anaknya menghadapi perubahan emosi.

Sejumlah orang tua suka memaksa, kehilangan kesabaran mengahadapi ketidakmampuan anaknya, meninggikan suara dengan nada mencemooh atau putus asa, bahkan ada yang mencap anaknya “tolol”–pendek kata, menjadi mangsa ke arah kecendrungan-kecendrungan yang sama ke arah penghinaan dan kebencian yang menggerogoti kehidupan perkawinan. Namun orang tua lainnya bersikap sabar terhadap kesalahan yang dibuat anaknya, membantu anak mencoba sebuah permainan menurut caranya sendiri, bukannya memakasakan kehendak mereka.
pada artikel yang lain anda bisa melihat ada beberapa gaya mendidik anak yang secara emosional pada umumnya tidak efisien

Agar orangtua menjadi pelatih yang efektif dalam bidang pendidikan emosional anak ini, mereka harus mempunyai pemahaman-pemahaman yang baik tentang dasar-dasar kecerdasan emosional. Salah satu pelajaran emosi yang mendasar bagi seorang anak adalah bagaimana membedakan perasaan; seorang ayah yang tidak merasakan kesedihannya sendiri, misalnya tak mungkin menolong putranya memahami perbedaan antara sedih karena seseorang yang meninggal, sedih karena menonton film yang mengharukan, dan kesedihan yang muncul bila sesuatu yang buruk terjadi pada seseorang yang disayangi anak. Selain pembedaan ini, terdapat juga pemahaman-pemahaman yang lebih canggih, misalnya amarah seringkali dipicu oleh perasaan sakit hati.

Sewaktu anak-anak tumbuh, pelajaran-pelajaran emosi khusus yang siap mereka terima –dan mereka butuhkan –berubah-ubah, pelajaran dalam hal empati dimulai pada masa bayi- pada masa ini orangtua menyetalakan diri dengan perasaan bayinya. Meskipun beberapa ketrampilan emosional diasah dengan teman-teman selama bertahun-tahun, orangtua yang terampil secara emosional dapat sangat membantu anak dengan memberi dasar ketrampilan emosional berikut ini ; belajar bagaimana mengenali, mengelola, dan memanfaatkan perasaan-perasaan; berempati; dan menangani perasaan-perasaan yang muncul dalam hubungan-hubungan mereka.
Dampak pendidikan keluarga semacam ini terhadap anak-anak sangatlah luas. Penenlitian menunjukkan bahwa bila dibandingkan dengan orang tua yang tidak terampil menangani perasaaan, orangtua yang terampil secara emosional memiliki anak-anak yang pergaulannya lebih baik dan memperlihatkan lebih banyak kasih sayang kepada orangtuanya, serta lebih sedikit bentrok dengan orangtuanya. Selain itu anak-anak ini juga lebih trampil mengelola emosinya, lebih efektif menenangkan diri saat marah, dan tidak sering marah. Secara biologis, anak-anak juga lebih santai dan memiliki kadar hormon stress dan indikator fisiologis pembangkitan emosi yang lebih rendah. Keuntungan-keuntungan lannya bersifat sosial; anak-anak ini lebih populer dan lebih banyak disukai temannya dan oleh para gurunya dianggap anak yang lebih pandai bergaul. Orangtua dan gurunyapun menilai anak-anak ini tidak banyak mempunyai masalah tingkah laku, seperti kasar atau agresif. Terakhir, manfaat-manfaat ini bersifat kognitif. anak-anak ini dapat berkonsentrasi dengan lebih baik. Seandainya IQ nya sama, maka anak yang memiliki orang tua yang terampil sacara emosional, pada usia 5 tahunan, akan memiliki angka prestasi lebih tinggi dalam matematika dan membaca saat anak-anak tersebut mencapai usia SD (alasan kuat untuk mengajarkan ketrampilan emosional untuk mempersiapkan anak belajar maupun hidup). Oleh karena itu, keuntungan bagi anak-anak yang orangtuanya terampil secara emosional adalah serangkaian manfaat yang menakjubkan, yang mencakup seluruh spektrum kecerdasan emosional bahkan lebih.

Sumber Gambar : http://visitlawrencecounty.com/uploads/2013/10/family-for-library.png