Faktor Yang Menyebabkan Anak Berperilaku Impulsif

Balita usia 1 sampai 2 tahun kerap berperilaku impulsif atau perilaku yang dilakukan secara sadar/tidak sadar untuk mendapatkan respon cepat dari lingkungannya. Balita berperilaku impulsif ingin dilihat keberadaannya dengan menunjukkan bahwa dirinya adalah yang nomor satu, apalagi bila sudah memiliki keinginan.

Perilaku impulsif biasanya ditandai dengan tidak mampu mengontrol diri, tidak sabar menunggu giliran, bila menginginkan sesuatu harus segera memperolehnya, dan cenderung agresif. Umumnya perilaku impulsif disebabkan oleh rasa cemas, sehingga tanpa ragu melakukan apa yang terpikir saat itu, meskipun sebenarnya anak usia 1-2 tahun masih belum paham hukum sebab akibat. Namun, untuk menghilangkan perilaku ini, Anda harus melatih dan mengarahkan balita untuk bisa mengontrol dirinya.

Anak impulsif sering bertengkar sehingga dianggap anak nakal. Hal ini terjadi karena biasanya anak ini ingin segera memiliki mainan yang sedang dimainkan temannya, tidak sabar untuk meminta sehingga yang dilakukan adalah dengan merebutnya, dan pada akhirnya akan memancing terjadinya keributan. Kerap kali orang tua sering memandang impulsivitas sebagai agresi dan ketidakmatangan emosi. Anda harus bisa memahami proses tumbuh kembang anak, termasuk kemampuan yang mereka miliki, untuk membantu Anda menghadapi anak Anda dengan dorongannya yang meluap-luap. Memang tidak mudah melatih dan mengarahkannya untuk mengendalikan dorongannya, tapi Anda wajib melakukannya, agar anak anak belajar  perilaku yang lebih halus  dan positif.

Ciri-ciri anak berperilaku impulsif antara lain:

  1. Tidak mampu mengontrol diri
  2. Cenderung agresif
  3. Sering melanggar peraturan
  4. Sering memotong pembicaraan orang lain
  5. Bila mengingingkan sesuatu harus segera memperolehnya
  6. Tidak sabar menunggu giliran
  7. Memberikan jawaban sebelum guru selesai memberi pertanyaan

Faktor yang menyebabkan anak berperilaku impulsif yaitu:

  1. Impulsivitas ekstrim diyakini disebabkan karena masalah organis, dimana mekanisme otak mengalami hambatan fungsional.
  2. Secara organis dapat bersifat genetik atau gangguan neurologis.
  3. Beberapa anak sejak lahir sudah membawa potensi impulsif yang menyebabkan ia bereaksi seketika pada banyak situasi.
  4. Faktor belajar. Anak mencontoh tingkah laku impulsif dari lingkungannya atau dari keluarga dekatnya.
  5. Perilaku orang tua yang terlalu cemas atau khawatir terhadap anaknya.
  6. Kecemasan dan faktor budaya. Anak yang cemas dan tegang (dengan berbagai konflik psikologis) seringkali bertindak seolah-olah dia berada dalam keadaan panik. Mereka bertindak dengan pikiran pertama mereka dan tidak dapat memutuskan untuk berpikir dengan cara yang lebih tenang. Demikian pula anak yang sedih dan pesimistik seringkali memilih imbalan kecil dan segera untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan anak yang gembira seringkali memilih imbalan besar meski tertunda.
Sumber gambar :
1. http://bimbelteachert.files.wordpress.com/2012/09/20120511_115624_berebut-mainan.jpg
2. http://d1yic1nnqvdezg.cloudfront.net/uploads/2013/04/shutterstock_90285622-e1358415817489.jpg