“Dongeng sebelum tidur, ceritakan yang indah biar ‘ku terlelap”. Sebuah potongan lirik dari lagu Grup Band Wayang yang berjudul Dongeng. Walaupun konteks lagu itu tentang kisah asmara anak muda, tetapi sebait lirik itu menjadi mengingatkan kita tentang dongeng. Saat kita kecil dulu, kita sering didongengi oleh orang tua kita sebelum tidur. Yah…walaupun yang terkenal kisah kancil yang kontroversial itu.
Dongeng, dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti cerita yang tidak benar-benar terjadi. Ya, betul, cerita yang sebenarnya tidak pernah terjadi tetapi memiliki makna yang mendidik bagi anak. Itulah tujuan dongeng, yakni menasehati anak secara tidak langsung. Memberikan nilai-nilai positif kepada anak yang dikemas secara menarik dan sistematis.
Saat ini, mungkin dengan aktivitas dan kesibukan orang tua yang luar biasa sepanjang hari, tradisi ini sudah mulai luntur. Sepertinya jarang kita melihat ada anak kecil yang sebelum tidurnya diceritakan sebuah kisah nan edukatif. Justru pemandangan yang kita lihat adalah anak tidur bersama televisi sehingga dongeng, cara mendidik anak yang mulai dilupakan.
Banyak orang tua mengeluhkan sulit sekali menasehati anak, atau sulit sekali jika anak disuruh belajar. Nah, padahal, bisa jadi sarana penyampaiannya yang kurang tepat. Dengan dongeng ini sebenarnya, bisa menjadi jawaban atas permasalahan tersebut. Menceritakan dongeng kepada anak, kapanpun, sewaktu mengajari belajar, atau sebelum tidur, merupakan cara mendidik anak yang solutif.
Coba bayangkan, setidaknya satu kali saja dalam sehari kita menceritakan sebuah cerita, Berarti ada minimal satu nilai kebaikan yang bisa kita berikan kepada anak sehingga dalam satu bulan anak bisa mendapat 30 nilai kebaikan yang baru. Sugesti yang terdapat dalam nilai-nilai kebaikan dalam cerita atau dongeng tersebut dapat diinternalisasi anak.
Lihatlah di TK, SD, atau TPA, banyak pengajar menggunakan sarana dongeng atau cerita untuk mengajarkan sesuatu pada anak didiknya. Apa respon anak? Sangat antusias. Apalagi penyampaiannya dilakukan secara ekspresif dan bersemangat. Lalu, apakah kendala kita?
Jika kendalanya adalah bahan untuk mendongeng, seharusnya saat ini bukan menjadi masalah lagi karena buku cerita banyak diperjualbelikan di toko-toko buku. Bahkan cerita dan dongeng gratis pun bisa Anda dapatkan di internet. Tentunya ini bukan soal lagi.
Bingung dan tak tahu bagaimana menyampaikan dongeng atau ceritanya? Sederhana saja, cukup bacakan buku ceritanya kepada anak, lama-lama Anda akan terbiasa mendongeng. Semakin berpengalaman, bisa semakin ekpresif pula Anda sehingga membuat anak semakin tertarik.
Orang tua pulang malam terus sehingga saat pulang anak sudah tidur? Luangkan waktu di akhir pekan saat libur. Capek? Berarti Anda harus meluruskan niat karena Anda harus melakukan segala cara yang baik untuk mendidik anak Anda.
Bagaimana jika respon anak kurang baik? Teruslah belajar, mungkin cara kita yang kurang tepat dalam bercerita. Setiap anak-anak pasti menyukai dongeng atau cerita, tinggal bagaimana kita mengupayakan cara terbaik untuk menyampaikannya. Selanjutnya, selamat mendongeng dan bercerita. Rasakan hasilnya.
PENTING UNTUK ANDA :
[wpsc_products product_id=’16362′]
[wpsc_products product_id=’16341′]
[wpsc_products product_id=’16301′]
sumber gambar : http://farm2.staticflickr.com/1065/965346653_972e3754dd.jpg