“Pokoknya kakak mau mama ambilin susu buat kakak, cekalang!!!”
Rozan, bocah yang belum genap tiga tahun itu menghentakkan kakinya ke lantai dengan marah. Ia siap melempar krayonnya ke arah sang ibu yang sedang menyusui adiknya yang baru berusia tiga minggu. Mama Rozan hanya bisa mengelus dada.
Sejak kelahiran adik baru, tingkah Rozan berubah 180 derajat. Anak yang tadinya sangat penurut itu tiba-tiba menjadi sangat bandel, suka berteriak-teriak, suka marah-marah, dan bertambah cengeng. Sedikit saja kemauannya tidak dituruti, ia akan mengamuk. Yang jadi sasaran utama biasanya mama atau adik barunya. Entah menggigit, melempar barang, atau memukul.
Sebagaimana anak-anak pada umumnya, apa yang terjadi pada Rozan kecil itu bisa diwajari. Begitulah anak-anak. Mereka membutuhkan proses untuk mengerti dan menerima kehadiran adik baru. Ya, Anda bisa membayangkan, selama ini perhatian Anda sebagai orangtua berpusat pada kakak. Namun, setelah adanya adik baru, perhatian Anda “teralihkan”. Kakak, yang tidak lain adalah anak-anak yang juga belum mengerti pastilah berpikir, kenapa anak yang tahunya hanya ngompol dan menangis itu bisa jadi pusat perhatian?
Reaksi ketidakterimaan itu biasanya berbeda-beda pada tiap anak. Ada yang bereaksi dengan mengamuk seperti Rozan, ada juga yang bahkan menjadi sangat pendiam dan tidak pernah berulah. Namun, pada dasarnya ia menyimpan sebuah tekanan yang sangat besar dan berat. Jika dibiarkan seperti ini, maka anak dengan tipe kedua ini akan tumbuh menjadi anak yang pasif dan rendah diri.
Lalu, bagaimana solusinya?
Persiapkan sejak sebelum lahir. Ketika hamil, ceritakan pada anak Anda bahwa dulu ia pun berasal dari perut ibu, seperti calon adiknya. Dulu ia juga merasakan belaian Anda, bagaimana Anda menyayanginya dengan sepenuh hati Anda. Anak-anak akan merasa senang ketika ia membayangkan Anda mengelus perut Anda sementara ia ada di dalamnya.
Agar ia tak terkejut, Anda b isa menceritakan sejak awal, bahwa yang namanya bayi itu memang sering menangis karena belum bisa bicara, akan sering menyusu dan minta digendong. Berikan anak Anda pengertian, bahwa ketika adik lahir, Anda akan sangat repot mengurus adik bayi. Jadi tidak bisa menemaninya sesering dulu. Jadi, Anda meminta “bantuannya” untuk mau main sendiri, bahkan membantu Anda sesuai kemampuannya.
Anak-anak yang diberi pengertian sejak awal, juga diajak “menyambut” adik baru, akan lebih mudah diarahkan, insya Allah.
Mintalah bantuan orang ketiga, jika memang anak Anda berulah sangat nakal. Anda bisa saja menyewa baby sitter untuk menjaga bayi Anda pada saat-saat tertentu, agar Anda tetap bisa memperhatikan si kakak. Anda juga harus memiliki komitmen dengan suami Anda untuk saling bekerjasama dalam menggurus dan merawat anak. Misalnya, saat bayi Anda menangis, suami Anda harus segera tanggap untuk mengalihkan perhatian si kakak.
Jangan turuti maunya ketika ia berulah. Sering kali kita bereaksi dengan marah dan emosi ketika anak-anak berulah. Hal ini tidak akan mempan. Karena anak dengan tipe ini akan semakin senang membuat Anda marah. Hal terbaik adalah memberinya pengertian tanpa emosi dan marah, setelah itu Anda diam dan jangan perhatikan tingkahnya. Awalnya memang agak berat. Tapi, anak perlu tahu bahwa sikap buruknya tidak akan membuat Anda memperhatikannya. Jauhkan saja bayi Anda dari jangkauannya, juga barang-barang yang berpotensi untuk dirusak olehnya.
Buktikan bahwa Anda bisa bersikap adil. Bayi baru memang akan selalu menjadi pusat perhatian. Namun, jangan sampai Anda melalaikan anak-anak yang lain. Mereka pun memiliki hak yang sama atas perhatian Anda.
Akan lebih baik lagi jika Andadapat memperlihatkan foto atau rekaman masa bayinya. Dengan foto atau rekaman tersebut, Anda bisa memahamkannya, bahwa ketika bayi pun, ia seperti adiknya; menangis, digendong, dipeluk, disayangi, dan mendapatkan perhatian dari semua orang. Dengan demikian, kakak akan belajar memahami, bahwa memang menangis itu adalah tabiat bayi, dan ia akan mulai mengerti dan menaruh empati pada adik bayinya.
Libatkan. Anda bisa melibatkan kakak saat Anda mengurus bayi Anda. Misalnya, mengajaknya turut bermain air saat Anda memandikan bayi, mengambilkan popok kering, meletakkan popok basah di ember, atau bahkan membantu Anda mendiamkan ketika adiknya menangis.
Hargai perasaan-perasaan kakak dan pujilah keunggulannya. Anda bisa memberikan pujian semacam, “Subhanallah ya, kakak pintar sekali, sudah bisa ambil susu sendiri. Kalau adik, masih suka nangis…Mama bangga deh, sama kakak. Makanya, adik diajarin dong sama kakak, gimana sih, biar nggak suka nangis lagi?”
Yuk, kita belajar menjadi orangtua yang baik!
sumber gambar : http://babyli.st/blog/uploads/2015/03/new-baby-feet.jpg
Saya sseorang ibu rumah tangga yang mempunyai dua anak. kakaknya perempuan berumur 6.5 tahun sedangkan sang adik laki2 berumur 2.2 tahun. Masalah yang sering saya hadapi adalah sang kakak seperti tidak bisa sayang katakanlah ngemong, mengajak bermain sama2 dng adiknya. terus terang saya sering menyalahkan kakaknya yg cenderung bikin ulah sehingga adeknya menangis. jika saya marahi kakaknya kadang2 sampai saya cubiti dia krn menurut saya sikapnya sdh keterlaluan. Perlu diketahui saya tdk pernah memberi ASI kpd kakaknya sedangkan kpd adeknya saya menyusui hingga berumur 2 th. saya merasa ada perbedaan emosional antara kedua anak saya ini. Jika saya memeluk kakaknya sangat berbeda ketika saya memeluk adeknya. Apa krn si kecil sedang lucu2nya? saya menganggap kakaknya sangat keras kepala yang mengakibatkan saya selalu hilang kendali menghadapinya. Apa yg saya lakukan mendidik sang kakak, terkadang ketika saya melihat dia saat tertidur saya merasa betapa tdk adilnya sikap terhadap kakak. terima kasih
email anda sdah kami balas via email.terimakasih telah berbagi dengan kami.