Penyakit anemia tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga bisa terjadi pada anak-anak. Anemia adalah kekurangan sel darah merah, yang ditunjukkan oleh rendahnya tingkat hemoglobin yang sehat. Tingkat hemoglobin normal pada anak lebih rendah dari tingkat hemoglobin pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki hemoglobin normal 170-200 g/l. Setelah lahir, konsentrasi hemoglobin menurun drastis sehingga pada usia 2-3 bulan kadar hemoglobinnya berkisar 110-120 g/l.
Kisaran ini bertahan terus hingga usia sekolah, yang meningkat menjadi 130 g/l. Biasanya hal ini dikarenakan kurangnya asupan zat besi dan vitamin B 12.
Anda sebagai orangtua harus cermat melihat apakah anak Anda terkena anemia atau tidak. Anak dengan anemia memiliki gejala dengan wajah terlihat pucat. Hal ini dikarenakan sedikitnya aliran darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh. Selain itu, karena jantung harus bekerja lebih keras untuk menghasilkan darah, maka anak mungkin akan merasa jantungnya berdebar kencang. Jika sudah dalam keadaan parah, anak mungkin akan terlihat lemas, mudah sekali lelah, sulit berkonsetrasi dan sulit bernapas khususnya setelah berolahraga.
Namun, Anda tidak perlu terlalu khawatir karena anemia pada anak juga bisa dicegah. Agar anak Anda tidak terkena anemia, Anda harus mencukupi asupan zat besi si kecil. Berikan ia makanan dengan kandungan zat besi dan seng seperti hati, daging, biji-bijian, ikan dan sayuran hijau. Si kecil juga memerlukan asupan vitamin B12 yang terdapat pada daging, dan telur.
Jika anak Anda mengalami anemia, mungkin dia akan terlihat tidak seaktif anak lainnya. Anda juga perlu mengawasinya agar ia tidak melakukan terlalu banyak aktivitas yang beresiko membuatnya cedera/ berdarah. Namun, bila tubuh anak mulai memiliki cukup sel darah merah dari asupan makanannya, ia pasti akan memiliki energi untuk bermain bersama teman-temannya lagi.
Masalah anemia pada anak juga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak yang berdampak serius dalam jangka panjang. Salah satunya bisa menyebabkan hilangnya IQ, prestasi sekolah yang buruk dan kerugian potensi masa depan. Karena itu, kita semua harus mewaspadainya.
Anemia pada anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan anemia pada orang dewasa. Namun, penyebab anemia pada anak-anak juga memiliki kekhasan tersendiri, diantaranya:
Kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia pada anak. Sebenarnya, bila anak mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil kemungkinannya mereka mengalami kekurangan zat besi. Namun, banyak anak-anak dari kalangan tidak mampu yang kurang mendapatkan makanan bergizi sehingga mengalami anemia dan gejala kurang gizi lainnya. Anak-anak dari kalangan mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki gangguan pola makan atau berpola makan tidak seimbang.
Parasit. Anak-anak dapat mengalami anemia karena mengidap cacingan. Pola makan anak mungkin normal, namun penyerapan nutrisinya terganggu karena diserobot cacing di dalam perutnya.
Infeksi. Penyakit infeksi tertentu dapat mengganggu pencernaan dan mengganggu produksi sel darah merah.
Penyakit ginjal. Anemia dapat menjadi tanda awal gangguan ginjal pada anak. Jenis anemia khusus yang disebut anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran sel-sel darah merah secara prematur dan sumsum tulang tidak bisa memenuhi permintaan tubuh untuk sel-sel baru. Bentuk umum dari anemia hemolitik yang bersifat genetik adalah anemia sel sabit, talasemia, dan defisiensi dehidrogenase glukosa-6-fosfat. Jenis lainnya yang disebut anemia aplastik disebabkan oleh kelainan darah dimana sumsum tulang tidak membuat sel-sel darah baru dalam jumlah cukup.
Anemia ringan dan sedang seringkali tidak menimbulkan gejala dan baru diketahui dari pemeriksaan darah. Anemia yang berlangsung lama mungkin hanya memberikan gejala tidak begitu kelihatan seperti lemah dan pucat. Bila anemia terbentuk secara bertahap, anak dapat memiliki kadar hemoglobin yang sangat rendah tetapi tidak menunjukkan gejala yang jelas karena tubuhnya telah beradaptasi. Anemia yang berkembang cepat menimbulkan pengaruh yang lebih kuat dan lebih mudah dilihat.
Anak dengan anemia berat mungkin memiliki tanda dan gejala tambahan seperti sesak napas, detak jantung cepat, dan bengkak di tangan dan kaki. Bila anak terlihat pucat, lemah, mudah lelah dan gejala anemia lainnya, Anda harus segera memeriksakannya ke dokter. Anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi sangat mudah perawatannya. Dengan pemberian suplemen zat besi maka hemoglobin akan meningkat dalam beberapa minggu. Penanganan anemia karena sebab lain harus dihilangkan dulu penyebabnya agar efek pemulihannya bisa permanen. Anda bisa cegah anemia pada anak dengan cara:
- Usahakan memberikan air susu ibu (ASI) sampai setidaknya anak berumur 12 bulan (idealnya sampai 2 tahun). Ibu menyusui disarankan mengkonsumsi makanan yang cukup zat besi.
- Jika anak Anda sudah mendapatkan makanan tambahan, usahakan menambahkan sereal, bayam, kangkung, katuk dan sumber zat besi lainnya dalam menu makanan padat yang diberikan.
- Jika Anda memberikan susu formula kepada bayi Anda, pilihlah susu formula yang diperkaya dengan zat besi.
- Pastikan anak Anda memiliki pola makan seimbang dengan makanan yang mengandung zat besi. Kuning telur, daging merah, kentang, tomat, hati dan sayuran adalah makanan alami yang kaya zat besi.
- Mengajarkan anak-anak untuk terbiasa hidup bersih sehingga terhindar dari penyakit infeksi dan parasit.
sumber gambar: 1. http://www.leava.fr/upl/seminaires/les-reves.jpg 2. http://i2.wp.com/www.teruskan.com/uploads/2013/03/makanan-kaya-zat-besi.jpg?resize=550%2C329