Bila Rhesus Darah Antara Ibu Dan Janin Berbeda

beda rhesusBeda rhesus darah antara ibu dengan janin bisa berakibat fatal bagi janin. Sehingga penting untuk mengenal rhesus darah. Ada tidaknya antigen (karbohidrat dan protein) dalam sel darah kita. Itulah yang membedakan rhesus positif dan rhesus negatif. Disebut positif jika ada antigen dalam darah kita, dan bila tak ada disebut rhesus negatif. Kabar baiknya, orang Indonesia yang termasuk ras Asia, kebanyakan dengan rhesus positif. Di seluruh dunia ini, hanya sedikit orang yang memiliki rhesus negatif, sehingga bila memerlukan donor darah agak sulit. Rhesus negatif umumnya dijumpai pada orang-orang yang mempunyai garis keturunan Kaukasian (berkulit putih).

Masalah akan timbul bila ibu memiliki rhesus negatif kemudian menikah dengan pria yang memiliki rhesus positif. Ketidaksamaan ini bisa menjadi cikal bakal ketidakcocokan rhesus yang sangat berbahaya bagi bayi. Kehadiran janin sendiri di tubuh ibu merupakan benda asing jika Rh janin tidak sama dengan Rh ibu. Secara alamiah tubuh bereaksi dengan merangsang sel darah merah (eristrosit) membentuk daya tahan atau antibodi berupa zat anti Rh untuk melindungi tubuh ibu sekaligus melawan ‘benda asing’ tersebut. Inilah yang menimbulkan ancaman pada janin yang dikandung, janin bisa mati dalam kandungan atau jika lahir menderita hati bengkak, anemia, kuning dan gagal jantung.
Efek ketidakcocokan bisa mengakibatkan kerusakan besar-besaran pada sel darah merah bayi yang disebut erytroblastosis foetalis danhemolisis. Hemolisis ini pada jaman dahulu merupakan penyebab umum kematian janin dalam rahim, disamping hydrop fetalis, yaitu bayi yang baru lahir dengan keadaan hati yang bengkak, anemia dan paru-paru penuh cairan yang dapat mengakibatkan kematian.

Pembentukan zat antirhesus baru benar-benar dimulai pada saat proses persalinan (atau keguguran) kehamilan pertama. Saat plasenta lepas, pembuluh-pembuluh darah yang menghubungkan dinding rahim dengan plasenta juga putus. Akibatnya, sel-sel darah merah bayi dapat masuk ke dalam jumlah yang lebih besar. Selanjutnya, 48-72 jam setelah persalinan atau keguguran, tubuh ibu dirangsang lagi untuk memproduksi zat antibodi/antirhesus lebih banyak lagi. Kelak saat ibu mengandung lagi, zat antibodi/antirhesus di tubuh ibu akan menembus plasenta dan menyerang sel darah merah janin.

Penyakit yang ditimbulkan ketidaksesuaian faktor rhesus darah ibu dan janin/bayi dikenal dengan istilah haemolytic disease of the newborn (HDN). Inilah resiko yang dihadapi janin/bayi akibat HDN beserta penanggulangannya:

1. Janin meninggal dalam kandungan

Zat antibodi yang tercampur dalam sirkulasi darah janin menyebabkan suplai oksigen tidak terangkut, sehingga sel-selnya tidak tumbuh dan berkembang, lalu mati. Akibatnya, ibu akan mengalami keguguran yang umumnya terjadi di trimester kedua. Keguguran yang diakibatkan inkompabilitas rhesus jarang terjadi di trimester awal, karena sirkulasi darah pada plasenta baru terbentuk di trimester dua. Saat inilah darah ibu dan janin bisa tercampur. Bila dipantau dengan ultrasonografi (USG), janin yang mengalami ketidaksesuaian darah dengan ibunya akan tampak bengkak atau hidrops.

Sarannya, walau kasus inkompabiltas rhesus ini jarang terjadi, tak ada salahnya ibu waspada saat mengalami keguguran. Khususnya jika dialami di trimester kedua.Tidak semua keguguran di trimester kedua merupakan akibat dari inkompabilitas rhesus. Ibu penderita diabetes juga bisa mengalami keguguran. Tapi tidak ada salahnya ibu melakukan skrining darah untuk mengetahui golongan dan faktor rhesusnya.

2. Bayi mengalami anemia

Akibat sel-sel darah merahnya terus “diserang”, lama-lama kadar hemoglobin bayi pun turun dratis, sehingga saat lahir bayi menderita anemia berat. Pada kondisi ini dokter biasanya akan melakukan blood exchange transfussion atau, transfusi penggantian darah bayi.
Selama proses berlangsung, darah bayi akan dikeluarkan dan digantikan dengan darah hasil crosscheck yang bisa diterima oleh tubuhnya. Umumnya darah pengganti itu berasal dari golongan O rhesus negatif yang diharapkan bisa sama dengan darah ibu. Jumlah darah yang diberikan pada bayi biasanya tidak banyak karena yang dibutuhkan pun masih sedikit, yaitu sekitar 50 cc.

3. Bayi kuning

Akibat banyaknya sel-sel darah merah bayi yang dihancurkan zat antibodi ibu, maka bayi akan melepaskan sejumlah billirubin. Namun, karena organ hatinya belum matang, billirubin tersebut tidak dapat diproses dan dikeluarkan dengan baik. Hasilnya, kadar bilirubin pun jadi tinggi sehingga bayi mengalami kuning.

Jika kadar kuningnya masih tergolong ringan, bayi biasanya hanya perlu menjalani terapi sinar. Namun, kalau keadaannya sudah dalam taraf sedang atau berat, maka akan diakukan transfusi penggantian darah pada hari pertama sampai 40 hari sesudah kelahiran.

Sebagai informasi, transfusi darah sebetulnya sudah bisa dilakukan sejak bayi dalam kandungan. Jadi begitu analisis cairan amnion menunjukkan janin telah terkena gangguan parah, penanganan dilakukan secara intrauterin/intraperitoneal dengan alat yang dimasukkan melalui perut ibu untuk mencapai rongga peritoneal janin. Infus ini dapat diulang setiap 2 minggu sampai janin cukup matang untuk dilahirkan.
Jika kasus beda darah ini terdeteksi sejak awal, kelahiran bisa direncanakan antara 2 sampai 4 minggu sebelum tanggal kelahiran perkiraan. Selama proses kelahiran, janin harus terus dimonitor. Bila terjadi indikasi gangguan pada janin, dokter akan segera melakukan persalinan bedah sesar.

Pencegahan yang harus dilakukan:

  1. Periksa kesehatan sebelum menikah.Namun bila sebelum menikah anda dan pasangan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan darah, termasuk rhesus, lakukan segera saat hamil.
  2. Bila rhesus darah beda dengan suami, dokter bisa memberikan tindakan pencegahan terbentuknya zat antirheus dengan obat anti-Rhogama globulin (RhoGAM) atau Rh Immunuglobulin. RhoGAM disuntikkan pada usia kehamilan 28 minggu dan saat persalinan.
  3. Bila ibu mempunyai rhesus negatif, atau ketidakcocokan golongan darah antara janin dan ibu baru diketahui saat persalinan, suntikan RhoGAM untuk ibu sebaiknya diberikan dalam waktu maksimal 72 jam setelah persalinan. RhoGAM efektif hanya berlangsung 12 minggu, sehingga setelah lewat masa tersebut Anda harus mendapat suntikan kembali agar kehamilan berikutnya tidak bermasalah.
sumber gambar : http://images.idividi.com.mk/images/rhsinakrv1.jpg