Pada tulisan sebelumnya, yakni Belajar dari Kegigihan Balita (Bagian 1), telah kita bahas dua pelajaran yang dapat kita petik dari balita, yakni 1) Allah telah menetapkan rezeki bagi makhlukNya, dan 2) Memiliki daya juang tinggi. Pada tulisan kali ini akan dijelaskan tiga lagi pelajaran yang dapat kita petik dari balita. Berikut ini adalah dua pelajaran tersebut:
1. Tulus tanpa pamrih
Jika balita bertemu dengan orang baru yang ramah padanya, maka tak sungkan ia akan memberikan senyum terbaiknya. Si kecil tersenyum tidak untuk berharap diberikan ini atau itu, tetapi ia senyum karena murni kebahagiaan yang dirasa, maka senyum si kecil bisa langsung menembus hati orang-orang yang melihatnya. Demikianlah bahwa sesuatu yang berasal dari hati juga akan direspon oleh hati. Rasa malu si kecil saat akan meminta sesuatu, sehingga ia merengek kepada ibunya untuk memintakan, menunjukkan betapa tinggi kehormatan manusia. Jika si kecil bisa begitu tulus, kenapa orang tua senantiasa memaksakan senyumnya dan tak sungkan untuk sering meminta.
2. Berani mencoba hal baru
Si kecil sangat suka melakukan bermacam hal terhadap objek yang ia temui. Kadang ia akan angkat, ia pukul-pukul, bahkan tak jarang ia banting hingga pecah. Hal tersebut menunjukkan bagaimana si kecil mampu mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang dapat ia lakukan kepada sebuah benda. Balita juga mudah untuk meniru apa yang dilakukan orang lain, ia tak ragu untuk meneladani perilaku positif yang dicontohkan oleh orang-orang di sekitarnya, terutama orang tuanya. Jika balita mampu berekplorasi dan tak segan meneladani, kenapa orang tua takut keluar dari rutinitas dan gengsi untuk mencontoh kebaikan.
3. Tidak memendam dendam
Hal yang wajar bagi anak-anak jika sesekali mereka bertengkar. Namun jika dicermati, konflik di antara mereka tidak pernah berlangsung lama. Ketika pagi hari mereka bertengkar, boleh jadi sore hari mereka sudah kembali bermain bersama. Mereka tidak mengungkit kembali permasalahan yang sudah berlalu dan lebih memilih menikmati kebersamaan yang kini telah kembali terjalin. Jika si kecil mampu bersikap demikian bijaksana, kenapa orang tua begitu sulit memaafkan.
Itulah beberapa pelajaran yang kita dapatkan dari balita. Belajar dari kegigihan balita (bagian 2) tak membuat kita lebih rendah. Justru dengan belajar dari merekalah kita dapat semakin menjadi orang yang bernilai.
Semoga setiap orang tua diberikan kemampuan untuk memetik hikmah selama proses pengasuhan buah hatinya, serta selalu dilimpahi rasa syukur. Allah mengetahui segala yang dikerjakan hambaNya.
Profil Penulis
Aji Cokro Dewanto. Alumni Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Sekarang sedang mendalami Psikologi Pendidikan di Magister Profesi Universitas Gadjah Mada
sumber gambar : http://blog.grosirkebutuhanbayi.com/uploads/2013/11/Perhatikan-Cara-Jalan-Si-Kecil.jpg