Mengasuh buah hati tentu membutuhkan kesabaran yang ekstra. Namun jika dicermati, sebenarnya banyak hal yang dapat dipelajari orang tua dari anak usia balita.
Bayi penyu yang baru menetas dapat langsung berjalan menuju laut untuk berenang. Bayi jerapah, kera, dan mamalia lain umumnya dapat berdiri dan berjalan hanya dalam hitungan jam setelah dilahirkan. Hal tersebut tentu berbeda dari bayi manusia yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat tegak berdiri.
Tentu saja selalu ada hikmah dari ketentuan Allah bagi orang-orang yang berpikir. Sebagaimana perkataan orang beriman, “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Q.S. Ali ‘Imran:191). Salah satu hikmahnya adalah orang tua mampu belajar selama proses mengasuh buah hatinya.
Berikut ini beberapa pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari kegigihan balita:
1. Allah telah menetapkan rezeki bagi makhlukNya.
Bayi lahir tanpa membawa apa pun, dan tanpa kemampuan apapun. Secara logika bayi tidak mungkin bertahan hidup seorang diri. Namun Allah berikan ia rezeki melalui kedua orang tuanya dan orang-orang di sekitarnya. Allah yang membekali ibu dengan ASI, dan Allah pula yang menanamkan rasa belas kasih kepada orang-orang yang memandang si kecil. Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah” (Q.S. Saba: 24). Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab (Q.S. Ali ‘Imran: 37). Jika bayi yang belum mampu melakukan apapun dapat tenang mengenai rezekinya, kenapa orang tua yang lebih mampu justru sering risau. Itulah pelajaran pertama yang diberikan anak balita kepada kita.
2. Memiliki daya juang tinggi.
Ketika balita belajar untuk berdiri tegak, biasanya ia akan jatuh berkali-kali. Namun ia tidak berhenti berupaya. Ketika ia telah mampu berdiri di atas kaki sendiri, maka ia akan mencoba untuk melangkahkan kaki, biasanya ia tak hanya jatuh sekali. Namun ia tidak berhenti berupaya. Kegagalan demi kegagalan ia abaikan, ia memilih kembali bangkit dan terus mencoba hingga berhasil. Bagaimana respon orang tua saat si kecil jatuh? Orang tua tidak menyalahkan, karena orang tua tahu bahwa buah hatinya sedang berusaha.
Jika balita mampu menghadapai kegagalan dengan besar hati, kenapa orang tua bisa menyerah setelah hanya satu atau dua kali mencoba. Demikian pula, jika orang tua mampu selalu memberi semangat saat si kecil jatuh, kenapa kemudian justru sering menyalahkan saat anak tumbuh remaja.
Ternyata Allah memang benar-benar membuat segala sesuatu yang terjadi di bumi ini memiliki hikmah yang mana manusia dituntut untuk selalu belajar dari apa yang ada di sekitarnya. Belajar dari kegigihan balita (bagian 1), adalah salah satu bentuk implementasi dari perintah Allah. Nantikan bagian kedua dari tulisan ini, insya Allah masih ada beberapa pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari balita.
Profil Penulis
Aji Cokro Dewanto. Alumni Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Sekarang sedang mendalami Psikologi Pendidikan di Magister Profesi Universitas Gadjah Mada
sumber gambar : http://esensi.co.id/images/stories/1_baby-crawling.jpg