Ayah Jangan Marah…!!

Ayah Jangan Marah“Ayah jangan marah, aku nggak salah, ayah nggak boleh marah-marah…”

Si kecil Fathi memeluk kakinya dengan ketakutan besar membayang di wajahnya. Sang ayah sejak tadi telah bersiap memukulnya, karena Fathi dianggap telah melakukan kesalahan. Sebagai ibu, jika Anda melihat situasi seperti ini, apa yang akan Anda lakukan?

Sebagian besar ibu akan segera melompat bagaikan hero dan menjadi tameng untuk melindungi anak-anaknya dari tangan sang ayah. Sebagian kecil, mungkin hanya bisa menangis dan memberontak dalam hati, namun tak bisa melakukan hal yang lebih.

Anak-anak memang memiliki kecenderungan untuk lebih dekat pada ibunya daripada ayahnya. Pada type-type tertentu,  memang ada anak yang lebih dekat dengan ayahnya ketimbang ibunya. Tapi, yang dominan adalah kecenderungan anak lebih dekat dengan ibunya.

Saya yakin, sebagai seorang istri dan ibu, Anda tentu sedih, ketika suami Anda tidak dekat dengan anak-anaknya. Atau anak-anak Anda menarik diri dari ayahnya. Anda ingin semua dekat dan akrab, dalam jalinan keluarga yang hangat dan harmonis.

Salah seorang wali murid saya di TK dulu pernah mengeluhkan putrinya yang cenderung takut pada ayahnya, dan tidak pernah mau mendekat pada ayahnya kecuali jika ia ingin sesuatu dari sang ayah. Miris sekali bukan? Suami Anda (atau Anda jika Anda seorang ayah) hanya didekati jika anak-anak Anda membutuhkan sesuatu saja.

Akan sangat sulit untuk menjadi penengah antara anak dan suami, jika tidak sejak dini kita mencegah adanya kerenggangan ini. Jika Anda mendahulukan suami, anak Anda akan mengecap Anda tidak menyayanginya. Jika Anda mendahulukan anak Anda, suami Anda akan mengecap Anda tidak lagi mencintainya atau terlalu memanjakan anak.

Susah, kan?

Komunikasikan dengan suami. Kesibukan di luar rumah mencari nafkah, pekerjaan yang menumpuk, juga kepribadian laki-laki yang cenderung introvert adalah faktor-faktor yang paling sering membuat para suami menjadi tidak dekat dengan anak-anaknya. Maka bicarakan hal ini pada suami Anda, agar sesibuk apapun dia, dia mau meluangkan waktu untuk anak-anak. Misalnya, mengupayakan agar setiap hari bisa makan malam bersama di rumah, atau meluangkan sore hari untuk bercengkrama dengan mereka.

Jika suami Anda seorang yang “keras”, maka bantulah ia untuk belajar menjadi seorang ayah yang “lunak”. Ketika dia ingin marah, bantulah ia meredam amarahnya dengan kelembutan Anda. Anda juga harus menegaskan padanya tentang pola pendidikan Anda terhadap anak-anak. Misalnya, memintanya untuk tidak mudah memukul dan berkata-kata kasar.

Motivasi anak-anak untuk mau mendekat dengan ayah mereka. Misalnya, jika mereka inginkan sesuatu, ajarilah mereka untuk mengemukakan pendapat dan keinginannya itu langsung pada ayahnya. Agar tidak terjadi misunderstanding antara mereka berdua.

Berikan juga pengertian bahwa ayahnya memiliki banyak pekerjaan, sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk anak-anak, namun anak-anak harus yakin, bahwa ayahnya bekerja pun untuk mereka juga.

Pada intinya, kerenggangan itu bisa dihilangkan dengan adanya komunikasi yang baik. Jika Anda bisa menciptakan sebuah komunikasi yang baik dalam keluarga Anda, maka kehangatan dan keharmonisan keluarga akan tercipta.

Sumber gambar  : https://lh6.googleusercontent.com/-gtVPtW7W06k/VNWdcE8UmbI/AAAAAAAAAB4/FTCgFxOPxcY/w1024-h763/photo.jpg

One comment

Comments are closed.