Antara Asi Dan Emosi

Antara ASI dan EmosiWanita pekerja, sebuah dilemma yang tak kunjung habisnya. Pemberian ASI salah satunya. Banyak ibu yang bekerja di luar rumah tidak bisa memberikan ASI eksklusif untuk bayinya. Padahal, sesungguhnya ASI adalah salah satu hak mendasar bayi agar ia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Ibu yang tidak memberikan ASI kepada bayinya (baca: bukan karena suatu penyakit) berarti tidak memenuhi hak bayi. Padahal, pengaruh pemberian ASI ini sangat besar bagi proses tumbuh kembang anak.

Pemberian ASI eksklusif akan dapat mempererat jalinan cinta dan kasih antara ibu dan anak. Anda tahu mengapa? Karena dalam dekapan sang ibu, anak merasakan kehangatan dan cinta yang ibu berikan. Adanya sentuhan kulit antara bayi dan ibu pun akan meningkatkan kemesraan di antara keduanya.

Apa dampaknya? Kebutuhan yang terpenuhi itu mendorong mereka untuk bisa lebih berani untuk menyentuh dan bersama orang lain, kepuasan dan rasa aman sehingga ia tidak memiliki kecenderungan untuk menciptakan keributan-keributan.

Tapi coba saja, jika anak tidak mendapatkan ASI, kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi : rasa aman, kehangatan dekapan ibu, sentuhan lembut dengan fisik ibu, mereka akan cenderung mencari pelampiasan pada hal-hal yang lain.

Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh para psikolog di rumah sakit di Amerika, dan mereka menemukan banyak fakta tentang pengaruh pemberian ASI terhadap emosi dan perkembangan mental anak. Mereka menyebutkan bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI penuh selama masa penyusuannya cenderung tidak memiliki permasalahan secara mental pada 5 tahun fase perkembangannya. Sedangkan anak yang tidak mendapatkan ASI penuh cenderung memiliki perilaku buruk pada fase perkembangannya.

Dan patut diingat juga bagi para suami, yakni senantiasa memberikan support bagi istrinya untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Misalnya, membantunya mengasuh anak yang lain saat istri menyusui, memberikan tambahan uang belanja agar istri dapat menambah asupan makanan bergizi, juga pengertian akan lelahnya seorang ibu dalam mengurus bayi sehingga tidak terlalu banyak menuntut dan memperturutkan egonya.

Di beberapa Negara di Eropa yang mendukung proses pemberian ASI, mereka bahkan memberikan cuti bekerja selama 1 tahun bagi suami istri agar mereka dapat fokus mengurus bayinya. Dan bagusnya, gaji mereka tetap diberikan 100 persen.

Namun, bagi orangtua baru, memang ada tantangannya tersendiri. Kurangnya pengalaman, juga adanya proses adaptasi antara suami-istri pun berpengaruh bagi proses pemberian ASI ini. Yah, pada intinya, kita semua adalah pembelajar yang harus bisa belajar dari banyak hal.

Sumber Gambar : http://cara.media/uploads/2014/11/3732488_017ea00c-c51f-11e3-b07f-2cba4908a8c2.jpg

PENTING UNTUK ANDA

[wpsc_products product_id=’10008′]

dari berbagai sumber.