Ini adalah bagian akhir dari tetralogi: Anak Sholeh, Investasi yang Tak Kenal Rugi (Bagian 1), Anak Sholeh, Investasi yang Tak Kenal Rugi (Bagian 2), dan Anak Sholeh, Investasi yang Tak Kenal Rugi (Bagian 3). Dalam tulisan sebelumnya telah dipaparkan 6 cara mendidik anak agar menjadi anak sholeh. Pada tulisan ini akan dipaparkan empat cara lagi, yaitu :
1. Mendidik anak memiliki sifat sabar.
Seteleh anak diajarkan mengajak berbuat baik dan mencegah orang lain berbuat keburukan, maka keduanya butuh kesabaran dalam menjalankannya. Hal ini dikarenakan bisa jadi orang yang diajak berbuat kebaikan tidak mau dan yang dicegahnya berbuat keburukan tak suka dan marah kepadanya. Jika tidak diajarkan sabar, maka bisa jadi dia akan menyerah di tengah jalan.Sabar juga perlu ditanamkan agar si anak tidak mudah mengeluh jika ada musibah yang menerimanya. Misalnya, si anak habis jatuh dan terluka, maka Anda bisa katakan kepadanya,”Innaa lillaah. Adik jatuh ya? Alhamdulillah gak kenapa-kenapa. Kalau adik sabar, dosa-dosanya bisa kehapus lho.”. Tanamkan pada anak, sabar menghadapi masalah dan keburukan bisa menjadi penghapus dosa mereka sehingga ada motivasi tersendiri dalam dirinya.
2. Mendidik anak untuk bersifat tawadhu dan menjauhi sifat sombong.
Buatlah anak kita untuk selalu dapat rendah hati jika mendapatkan suatu kelebihan. Misalnya, dia mendapat rangking 1 di kelas, katakan padanya,”Alhamdulillah kakak dapat rangking 1. Tapi jangan bangga karena yang membuat kakak bisa rangking 1 kan Allah.”. Sejak dini tanamkanlah bahwa semua kelebihan itu dari Allah dan kita tidak patut untuk berbangga karenanya.
3. Mendidik anak tentang adab berjalan dan berbicara.
Mengapa adab berjalan perlu diajarkan? Karena saat di jalan banyak orang yang melanggar hak-hak orang lain. Berjalan atau mengendarai kendaraan hendaklah taat aturan, tidak mengebut dan tidak juga terlalu lambat yang akan menghambat orang lain. Ajarkan pula agar si anak berbicara dengan lembut dan tidak berbicara kasar ketika berbicara dengan siapapun karena salah bicara dapat menyakiti orang lain dan bahkan menimbulkan fitnah.
4. Menasehati anak dengan lemah lembut.
Dari kesembilan cara sebelumnya, sesungguhnya ada satu cara mendidik anak yang krusial dalam menyampaikan sesuatu ke anak, yakni berbicara padanya dengan lemah lembut. Hal ini tampak dari bagaimana Luqman menggunakan kata “Yaa Bunayya” yang artinya”Wahai anakku!” saat menyampaikan nasehat kepada anaknya. Kata-kata yang lembut akan membuat anak nyaman dan merasa bersahabat dengan orang tuanya. Dalam ayat-ayat nasehat Luqman terhadap anaknya juga tampak bahwa Luqman menggunakan kata “Yaa Bunayya!”, beberapa kali agar perhatian anak terjaga saat dinasehati.
Itulah 10 cara mendidik anak agar menjadi anak sholeh sesuai dengan hikmah dalam surat Al-Qur’an Surat Luqman ayat 12-20. Akhir tetralogi Anak Sholeh, Investasi yang Tak Kenal Rugi (Bagian 4) ini merupakan sedikit dari banyaknya cara mendidik anak yang diajarkan Islam. Pada intinya, anak harus diajari sejak dini mungkin mengenal Islam sebagai modal awal. Pedoman Islam adalah Al-Qur’an, maka sudah harus diajarkan sejak awal pada anak. Untuk membantu belajar membaca Al-Qur’an, Anda bisa menggunakan Puzzle Huruf Hijaiyah sebagai media belajar anak yang menyenangkan.
PENTING UNTUK ANDA :
[wpsc_products product_id=’16204′]
[wpsc_products product_id=’16387′]
[wpsc_products product_id=’16301′]
sumber gambar : http://www.alaqsatahfiz.com/uploads/2013/03/abra.jpg