4 Hal yang Perlu Dipahami Dalam Mendidik Anak

 4 hal dalam mendidik anakPersepsi orang tua yang salah terhadap anak akan menuntun kepada perilaku pengasuhan yang kontraproduktif. Memahami hakikat anak diperlukan sebagai landasan pijak orang tua dalam bersikap. Tindak kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anak semakin sering terjadi, hal tersebut menunjukkan hilangnya kasih sayang orang tua terhadap buah hatinya.

Di sisi lain, banyak pula orang tua yang membanggakan hasil kerja kerasnya dalam mendidik anak, seolah mereka satu-satunya yang berjasa. Apakah memang demikian kodrat anak di hadapan orang tuanya? Setidaknya ada 4 hal yang perlu dipahami dalam mendidik anak, yaitu: 

1. Anak adalah amanah

Tidak ada pasangan suami-istri  yang mampu menciptakan anak. Bahkan untuk menumbuhkan sehalai rambut pun mereka tidak mampu. Sejatinya segala yang ada pada diri manusia adalah titipan Allah sang Maha Pencipta, termasuk pula anak. Orang tua seyogyanya memegang amanah Penitipnya dengan cara memahami apa yang diminta olehNya. Anak sebagai titipan mengandung konsekuensi bahwa orang tua tidak berhak berlaku sewenang-wenang padanya, demikian pula orang tua tidak berhak mengagungkannya.

2. Anak adalah investasi amal

Berapapun biaya untuk mendidik anak menjadi anak sholeh bukanlah suatu pengeluaran, melainkan modal akhirat bagi orang tuanya. Membayangkan betapa doa untuk orang tua yang dipanjatkan oleh anaknya yang sholeh menjadi salah satu amal jariyah yang tak akan pernah terputus, dan bagaimana anak-anak akan melayani orang tuanya di hari tua merupakan pelecut semangat orang tua untuk memberikan yang terbaik. Anak sholeh merupakan lumbung kekayaan pahala bagi orang tua maka tak ada alasan untuk memberi sisa, seperti sisa waktu dan perhatian karena disibukkan oleh pekerjaan.

3.  Anak adalah ujian ketakwaan

Bagaimanapun kondisi anak, sesungguhnya itu adalah ujian bagi orang tua. Anak yang sukses adalah cobaan bagi orang tua untuk menahan diri dari sifat tinggi hati, sombong, dan takabur. Kesuksesan anak merupakan karunia Allah semata. Demikian pula sebaliknya, bahwa kegagalan sang anak adalah kehendak Allah pula sehingga orang tua hendaknya memberi dukungan dan bukan menyalahkan.

Kecintaan yang bercampur nafsu mengakibatkan orang tua secara berlebihan berusaha memenuhi keinginan anak walaupun melanggar aturan, takut menyakiti hati anak dengan nasehat-nasehat walaupun itu memang diperlukan. Anak justru menjadi majikan bagi orang tuanya. Seolah-olah anak adalah segala-galanya bagi orang tua. Hendaknya diingat bahwa Allah segalanya, anak merupakan media orang tua mematuhi perintah Allah.

4. Anak adalah manusia merdeka

Sebagian orang tua memaksakan kehendaknya kepada anak, menganggap anak sebagai penerus obsesi orang tua yang belum tercapai. Ibaratnya, orang tua mendesak anak menjadi api walaupun sejatinya berjiwa air. Alangkah baiknya bila diingat bahwa setiap anak adalah unik, tak perlu dibandingkan dengan saudaranya, apalagi dengan anak tetangga.

Berikan keleluasan bagi anak untuk menentukan kebermaknaan hidupnya sebagai manusia merdeka. Nafsu dan keinginan orang tua belum tentu yang terbaik menurut Allah, cukupi  kewajiban orang tua dan tidak memaksa ketika memberikan masukan. Gunakan komunikasi yang baik dengan sikap yang tenang untuk mendidik anak.

Semoga setiap orang tua memiliki keikhlasan dalam mendampingi perjalanan hidup buah hatinya, dengan balasan  di dunia dan terutama di akhirat. Doa untuk orang tua hanya akan terkabul dari anaknya yang sholeh. Allah mengetahui yang dikerjakan hambaNya.

Profil Penulis

aji cokro Aji Cokro Dewanto. Alumni Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Sekarang sedang mendalami Psikologi Pendidikan di Magister Profesi Universitas Gadjah Mada.

sumber gambar : http://www.fisher-price.com/img/product_shots/T4654_d_1.jpg