STOP Menceritakan Kekurangan Anak

kasih sayang orang tuaAnak adalah investasi yang tak ternilai harganya. Orang yang mempunyai gelimangan emas pastilah ada rasa bangga dan senang. Apalagi orang tua yang memiliki anak, harusnya senang dan bangga, seperti apapun kelakuan anak.

Namun, tidak kita sadari ternyata ada sebagian orang tua yang sering menceritakan keburukan dan kekurangan anak kepada lawan bicaranya. Mungkin tujuannya tidak ingin menjelekkan, tetapi ingin merendahkan hati. “Iya bum anak saya itu masih suka ngompol padahal udah kelas 4.”, begitulah kadang orang tua berseloroh.

Bahkan yang lebih parah lagi, orang tua menceritakannya saat si anak ada. Tepatkah? Sebaiknya kita harus melihat dampak buruknya terhadap anak. Berikut ini adalah beberapa dampak buruk jika sering menceritakan kekurangan anak:

  1. Akan menimbulkan fitnah bagi keluarga karena aib salah satu anggota keluarganya terbuka. Hal ini akan sangat mungkiN menyebar kepada orang lain hingga bisa sampai ke telinga teman-temannya. Ketika ini terjadi maka aib tersebut bisa menjadi bahan ejekan kepada si anak. Tentunya hal ini akan berdampak buruk bagi psikis anak. ”Bejo masih ngompol…Bejo masih ngompol….”. Bayangkan jika anak sering diejek seperti itu. Percaya dirinya akan jatuh dan akan sangat mungkin berdampak pada tumbuh kembang anak secara psikis, kognitif, maupun sosial.
  2. Kita sama saja sedang mengejek anak kita sendiri, buah hati kita sendiri, darah daging kita sendiri saat kita menceritakan kekurangannya. Apalagi jika tujuannya hanya untuk sekedar menjadi baham cerita tanpa ada tujuan untuk mencari solusi atas kekurangan anak kita.
  3. Jika kita mengatakannya saat si anak ada, akan semakin buruk dampaknya. “Ini lho si Bejo, dia itu masih takut tidur sendiri padahal dah mau SMP, apalagi dah punya adik.”. Alam bawah sadar si anak akan bekerja dan membuatnya semakin takut untuk tidur sendiri. Dengan kata lain akan semakin menguatkan kekurangannya tersebut. “Oh…aku memang takut tidur sendiri.”, mungkin begitu alam bawah sadar si anak.

Lalu, bagaimana sebaiknya? Segera Stop menceritakan kekurangan anak kepada siapapun, kecuali jika ingin meminta solusi. Dampaknya mungkin tidak langsung terasa, namun lihatlah di kemudian hari efek itu akan bekerja dalam tumbuh kembang anak. Jika ingin bercerita tentang anak, maka ceritakanlah yang baik saja, bukan untuk membanggakan, namun untuk menjaga harga diri keluarga dan menjaga anak dari dampak buruknya.

Mari kita pikirkan, jika si anak yang menceritakan keburukan orang tua kepada temannya. Maukah kita? Pasti tidak. Untuk itu, sebisa mungkin kita menahan agar tidak sedikitpun menceritakan kekurangan dan keburukan anak kepada siapapun tanpa tujuan solutif. Anak haruslah kita banggakan. Sebanyak apapun kekurangannya, pasti ada potensi emas dia miliki. Tonjolkan keindahan emas itu, jangan tunjukkan keroposnya. Semoga bermanfaat.

PENTING UNTUK ANDA :

[wpsc_products product_id=’16438′]

[wpsc_products product_id=’16362′]

[wpsc_products product_id=’16545′]

sumber gambar : http://www.gnewmanlaw.com/data1/images/slide6.jpg