Perilaku Menyimpang Pada Anak : Mencuri

Perilaku Menyimpang Pada Anak

Mama Ranu kebingungan. Pasalnya, sudah tiga kali ini guru di TK Ranu mengirimkan laporan tak mengenakkan soal Ranu di sekolah. Mencuri! Ya, Ranu, anak nomor duanya kedapatan mencuri snack dan dompet berisi mainan milik kawannya. Padahal, mama Ranu merasa, tidak ada yang salah dalam pengasuhannya terhadap Ranu. Semua kebutuhan Ranu berusaha ia penuhi. Bahkan, setiap hari selalu saja ada snack yang ia bawakan untuk bekal.

Lalu, kenapa bisa begitu?


Perlu Anda ketahui, bahwa mencuri, pada masa tumbuh kembang anak adalah hal yang cukup banyak dijumpai. Namun, Anda jangan terburu-buru memvonis anak sebagai “pencuri” atau bahkan bersikap terlalu santai. Tetaplah berusaha pada jalur yang benar.

Alasan-alasan mengapa anak mencuri :

1. Anak tidak memahami arti kepemilikan. Ia tidak faham bagaimana harus menghargai kepemilikan orang lain. Dan, tentu saja, pada akhirnya, anak tidak bisa membedakan yang mana meminjam, dan yang mana mencuri.

2. Ada sesuatu yang kurang dalam kehidupan anak. Misalnya, kurangnya perhatian dan kasih sayang.

3. Melihat contoh yang salah

4. Untuk membangkitkan harga diri. Biasanya, jika anak merasa direndahkan, ia akan mencuri untuk menunjukkan kehebatannya dan kemampuannya “membeli” teman-temannya dengan barang curian tersebut.

5. Tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.

6. Ekspresi dari stress. Entah ia merasa cemburu, depresi, sehingga ia mencari kesenangan dengan mencuri.

Nah, perhatikanlah alasan-alasan di atas. Koreksi diri Anda sendiri. Bisa jadi, Anda merasa “tidak bersalah”, namun tanpa Anda sadari salah satu di antara alasan-alasan tersebut adalah “kesalahan” Anda.

Bagaimana menangani dan mencegahnya agar tidak berlanjut?

1. Ajarkan anak Anda nilai-nilai moral. Apakah itu tentang baik-buruk, arti kepemilikan, mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, dsb. Beri dia pengertian secara baik-baik, mengapa mencuri adalah perbuatan yang b uruk. Ajarkan ia pelajaran empati. Misalnya, dengan menanyakan bagaimana perasaannya jika ada seseorang yang mengambil barang miliknya.

2. Rajutlah komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak, sehingga anak Anda merasa dicintai. Jika anak Anda telah merasa dirinya memiliki cinta yang cukup dari orang tuanya, ia akan merasa tidak perlu mencuri untuk “membeli” teman-temannya.

3. Berilah uang saku yang cukup bagi anak Anda yang telah mengerti uang. Jika anak Anda belum mengerti soal uang, maka bawakanlah bekal makanan yang cukup baginya.

4. Beri pengawasan yang baik setiap kegiatannya. Sehingga ia tidak mencontoh sesuatu yang buruk yang ia dapatkan dari lingkungannya. Bisa jadi, anak Anda mendapatkan pelajaran mencuri dari televisi, pada acara sinetron yang ia contoh.

5. Jangan meletakkan uang sembarangan. Terutama jika anak Anda adalah tipe anak yang boros dan gemar jajan.

6. Perbaiki tingkah laku anak dengan memberinya hukuman. Misalnya, minta anak untuk mengembalikan barang yang telah diambilnya atau menggantinya. Ajarkan anak untuk mengakui kesalahannya secara baik-baik.

Yang terpenting dari ini semua adalah kesigapan Anda sebagai orang tua. Segera lakukan penanganan yang tepat. Jika Anda kurang tanggap, maka hal ini akan menjadi berlarut-larut dan ia akan meneruskan aksinya hingga dewasa. Namun, sebagaimana telah saya ingatkan, jangan buru-buru menjatuhkan vonis. Karena itu akan mengakibatkan hubungan Anda dengan anak Anda menjadi tegang dan renggang.

Sumber Gambar : http://a9.vietbao.vn/images/vn999/150/2014/12/20141215-cach-xu-tri-thong-minh-khi-con-co-tat-tay-may-6.jpg

One comment

  1. Rather interesting. Has few times re-read for this purpose to remember. Thanks for interesting article. Waiting for trackback

Comments are closed.