Penyakit Asma Ketika Hamil

penyakit asmaWanita hamil yang menderita asma memang harus hati-hati. Dalam pengamatan dr. Iris Rengganis dari RS Ciptomangunkusumo-FKUI, Jakarta, asma ditemukan pada 4 – 7% ibu hamil dan komplikasi terjadi pada 1% kehamilan. Sementara selama masa kehamilan kondisi asma seseorang bisa berubah. Dari 1.087 pasien, dilaporkan 36% asmanya membaik, 23% memburuk, dan 41% tidak berubah. Laporan lain menunjukkan perbaikan asma antara 18 – 69% dan memburuk pada 6 – 42%. Tapi secara umum disepakati bahwa derajat asma pada ibu hamil, sepertiga membaik, sepertiga memburuk, dan sepertiga sisanya tetap.

Kondisi asma yang memburuk umumnya muncul pada minggu ke 29-36 masa kehamilan. Sementara pada 4 minggu terakhir masa kehamilan, keadaan justru membaik. Bahkan, menurut Rengganis, selama proses persalinan dan kelahiran, hanya 10% ibu hamil penderita asma yang menunjukkan gejala asma. “Mungkin ini disebabkan oleh membaiknya fungsi paru,” katanya.

Asma yang memburuk selama kehamilan biasanya kembali membaik dalam waktu 3 bulan setelah melahirkan. Asma yang terjadi pada kehamilan sebelumnya, pada 60% penderitanya akan terulang lagi pada kehamilan berikutnya.

Untuk mencegah terjadinya serangan hebat selama hamil hendaknya asma diperiksa dan dipantau sejak awal, termasuk derajat berat-ringannya asma. Kategori ringan, bila gejala kambuh sampai terjadinya serangan maksimal dua kali/minggu ditambah batuk dan mengi sehabis berlatih olahraga. Kondisi sedang, bila gejala timbul lebih dari dua kali/minggu, kadang disertai gejala sering kencing malam hari. Sementara asma dikatakan berat, kalau gejala terjadi terus menerus selama seminggu penuh.

Yang penting ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya sejak awal. Pemeriksaan dengan USG dapat dilakukan sejak usia kehamilan 12 – 20 minggu untuk mengetahui pertumbuhan janin. USG dapat diulang pada trisemester ke-2 dan ke-3 terutama bila derajat asmanya berada pada tingkat sedang – berat. Pemeriksaan janin juga dapat dilakukan dengan electronic fetal heart rate monitoring untuk memeriksa detak jantung janin.

Penderita juga harus berhati-hati dalam pemakaian obat. Berbagai obat dapat menimbulkan efek sampingan pada janin ataupun ibu. Misalnya abortus, kematian janin, kelainan kongenital (terutama pada trisemester pertama), efek terhadap gangguan pertumbuhan janin, dan gangguan fungsi organ seperti sistem saraf serta otot polos uterus.

Walaupun sejumlah ahli menyatakan sejumlah obat tidak menimbulkan efek sampingan, tapi secara statistik dan pertimbangan etis tidak dapat dikatakan bahwa semua obat aman. Pada umumnya pasien dianjurkan menggunakan obat yang memberikan pengaruh pada kadar dalam darah sesedikit mungkin, seperti obat suntikan, bukan oral. Obat hirup atau inhaler yang digunakan satu – dua semprotan tiap beberapa menit, juga acapkali bisa membantu. Penggunaan inhaler harus dipelajari dan dipraktikkan dengan benar agar bila kumat sewaktu-waktu dapat mengatasi sendiri.

Dalam keadaan mendesak, dapat digunakan obat steroid yang sangat efektif sebagai anti peradangan, baik secara oral maupun suntikan. Sedangkan obat mengandung tetrasiklin tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan tulang pada janin, perubahan warna gigi dan perkembangan jaringan tak normal khususnya pada email gigi.

Banyak wanita takut untuk mengambil obat asma selama kehamilan.  Namun, resiko tidak mengambil obat untuk asma selama kehamilan lebih besar daripada resiko potensial terhadap bayi. Hal ini penting untuk menjaga pernapasan Anda di bawah kontrol selama masa kehamilan atau 28 minggu kehamilan.  kekurangan oksigen pada ibu dapat mempengaruhi bayi. Namun, ketika asma dikendalikan selama kehamilan, seorang wanita akan memiliki kehamilan normal tanpa komplikasi. Bila asma tidak terkontrol selama kehamilan dapat mengakibatkan bayi lahir prematur, bayi dengan berat lahir rendah, dan perubahan tekanan darah.

Ada beberapa hal yang wanita hamil dapat lakukan untuk mengontrol asma setiap minggu terutama pada 28 minggu pertama kehamilan, antara lain :

  1. Menghindari sesuatu yang bisa memicu alergi (misalnya binatang piaraan, kasur kapuk, termasuk tempat yang lembab, latihan olahraga yang terlalu dipaksakan, infeksi saluran pernapasan (batuk-pilek), perubahan cuaca, dan emosi, dll)
  2. Cukup istirahat
  3. Mencari perawatan prenatal reguler.
  4. Latihan ringan di bawah pengawasan dokter yang berkualitas.
  5. Hindari merokok atau menghindari orang yang merokok. Kebiasaan merokok juga dapat memperburuk asma, karena memudahkan terjadinya komplikasi bronkitis serta sinusitis

Wanita hamil akan dipantau menggunakan beberapa metode yang berbeda, termasuk aktivitas spirometri dan penilaian laju aliran ekspirasi puncak.  Tujuan dari perawatan pralahir termasuk mempertahankan fungsi paru-paru normal atau mendekati normal.

Bayi anda akan dipantau ketat selama kehamilan, tidak hanya dalam 28 minggu kehamilan.  Operator Anda akan menggunakan USG dan pemantauan elektronik denyut jantung janin sebagai elemen kunci untuk menilai kesehatan bayi.

Ibu hamil harus mencari perawatan medis segera jika obat Anda tidak mengakibatkan perbaikan atau keadaan menjadi parah.  Dalam beberapa kasus, serangan dapat menyebabkan penurunan gerakan janin dan ini harus ditinjau ulang segera.

Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan wanita melahirkan tanpa komplikasi setelah 28 minggu kehamilan.  Selama persalinan dan melahirkan, Anda dan bayi Anda akan dimonitor dengan baik.  Wanita hamil dengan asma akan melakukan pengukuran tingkat respirasi ketika memasuki persalinan dan 12 jam setelah melahirkan.  Kami merekomendasikan penggunaan obat nyeri selama persalinan untuk membantu membatasi kemungkinan serangan asma selama prosedur.

Sumber Gambar : http://2.bp.blogspot.com/-pi5a07DRCJA/UYDwK5678fI/AAAAAAAAATI/WcBY0w-S7tQ/s1600/asma.jpg