Orang tuaku, Idolaku

orang tuaku idolakuIdola, adalah sosok yang akan dipanuti yang mengidolakan. Mulai dari tampilan fisik, tutur kata dan perbuatan menjadi hal yang tak luput dari perhatian orang yang mengidolakan. Proses modelling terjadi ketika seseorang mengidolai seseorang, yakni ia akan mencontoh orang yang menjadi model baginya.

Anak-anak zaman sekarang jika ditanya siapa idola mereka, mungkin sebagian akan menjawab,”Coboy Junior, SuJu,  Ungu, Noah” dan lain sebagainya. Anak-anak menjadikan mereka idola, karena para idola itu memberikan sebuah nilai lebih di mata mereka dan mereka tertarik dengan itu. Yang menjadi bahaya adalah ketika idola mereka adalah sosok yang miliki kepribadian yang buruk. Apalagi sampai fanatik dengan idolanya.

Lalu, menjadi pertanyaan, pernahkan Anda mendengar ketika seorang anak ditanya siapa idolanya, ia menjawab dengan lantang,”Ayahku, Ibuku”? Ketika ada anak yang menjawab seperti itu, maka itulah contoh orang tua yang berhasil menjadi teladan dan panutan yang baik bagi anaknya. Tak inginkah kita menjadi idola bagi anak kita sendiri?

Orang tuaku, idolaku. Sebuah tagline yang nampak sederhana, namun ternyata itu menjadi cerminan keberhasilan kita dalam mendidik anak. Seperti pada tulisan-tulisan terdahulu, bahwa menjadi teladan bagi anak adalah jurus paling ampuh dalam mendidik anak. Seberapa mampu orang tua menjadi idola bergantung bagaimana anak mempersepsikan cara mendidik anak yang dilakukan orang tua.

Menjadi orang tua yang diidolakan tidak bisa terjadi dalam waktu sekejap. Seperti yang dikatakan tadi, bahwa harus ada nilai tambah untuk menjadi seorang idola. Lalu, apakah kita sebagai orang tua telah memiliki nilai tambah di depan anak kita? Inilah mengapa, bahwa menjadi orang tua yang diidolakan anak-anak harus memiliki semangat untuk selalu belajar dan meningkatkan kualitas diri. Kita tidak bisa menjadi kita yang seadanya tanpa ada keinginan dan semangat untuk menjadi orang tua yang lebih baik.

Nilai tambah orang tua di mata anak bisa bermacam-macam, di antaranya dari cara berkomunikasi dengan anak. Orang tua yang cerdas berkomunikasi, ia tahu bagaimana cara, waktu dan momen yang tepat untuk berbicara dengan anak. Sebagian orang tua tidak menghiraukan itu sehingga ketika berinteraksi dengan anaknya terjadi komunikasi yang tidak efektif.

Nilai tambah yang lain bisa berasal dari kemampuan dan keahlian orang tua pada suatu bidang tertentu yang membuat anak tertarik. Misalnya seorang pengusaha sukses, maka akan menjadi daya tarik sendiri bagi anak untuk belajar dari orang tuanya bagaimana menjadi pengusaha yang sukses. Ataukah seorang guru teladan, seorang anak dapat belajar bagaimana menjadi guru teladan seperti orang tuanya.

Nilai tambah lain bisa juga berasal dari kemampuan spesifik yang dimiliki  orang tuanya, misal seorang pemain sepakbola internasional. Hal ini telah lumrah terjadi di luar negeri bagaimana seorang anak menjadi penerus ayahnya untuk menjadi pemain sepakbola karena melihat kesuksesan ayahnya.

Pada intinya, seorang anak akan sulit mengidolakan orang tuanya apabila orang tuanya hanya berstandar orang tua biasa, yang tidak mau menambah ilmu dan kualitas diri. Inilah yang menjadi permasalahan klasik, orang tua tidak mau belajar lagi saat sudah memiliki anak, padahal mendidik anak ialah juga adalah sebuah proses untuk menghasilkan anak yang sholeh, dan menjadi investasi bagi orang tuanya di masa yang akan datang.

PENTING UNTUK ANDA :

[wpsc_products product_id=’16438′]

[wpsc_products product_id=’16301′]

[wpsc_products product_id=’16204′]

sumber gambar : http://www.anna.hu/images/6vre41x/11610_manuel.jpg