Menyelesaikan Pertengkaran Antara Anak

Menyelesaikan Pertengkaran Antara AnakPertengkaran antar anak sering terjadi karena sifat anak yang masih egosentris.  Selain itu sifat anak yang masih irrasional, negativisme dan narsisme membuat anak sering membuat keputusan yang konyol. Hal remeh pun bisa menimbulkan pertengkaran antar teman.
Pertengkaran di antara anak- anak sebenarnya adalah sesuatu hal yang wajar. Mungkin salah satu dari mereka atau kedua-duanya membuat kekeliruan.
Meluruskan kekeliruan bukanlah hal yang ringan karena karakter sifat anak yang unik dan masih sulit di pahami membutuhkan proses waktu yang panjang. Dalam proses itu Anak akan benar-benar paham tentang satu jenis kesalahannya sehingga dia tidak akan mengulanginya lagi.
Cara penyelesaian yang benar dari orang tua, maupun pendidik akan membuat perselisihan antar anak bisa selesai dengan sendirinya. Sebaliknya penyelesaian yang tidak tepat akan membuat perselisihan semakin lama , semakin seru dan melewati batas kewajaran. Jika hal itu terjadi berarti orangtua, atau pendidik harus instropeksi tentang kesalahan dalam menangani kekeliruan pada tahap awal. Bisa juga karena respon orangtua atau pendidik yang keliru dalam menyikapi pertengkaran antar anak membuat pertengkaran antara mereka berlarut-larut, hanya karena masalah sepele bisa memicu kembali pertengkaran antara anak-anak.
Ada beberapa hal yang menjadi kunci utama sebagai pedoman awal menyelesaikan pertengkaran antara anak-anak:
1. Tidak mencari siapa yang Salah
Anak sulit mengakui kesalahannya dan menganggap dirinya yang paling benar untuk mengetahui keadaan sebenarnya orangtua atau pendidik harus bertanya kepada orang ketiga atau pada saat anak sudah tenang dan gembira tidak langsung pada saat usai pertengkaran.
2. Tidak membela atau menyalahkan salah satu.
Jika salah satu dibela dan yang lain disalahkan akan merusak harga diri anak. Yang menang akan menjadi sombong sedang yang disalahkan akan jatuh harga dirinya yang akhirnya kan memicu pertengkaran lagi karena ingin balas dendam dan ingin dimenangkan lagi.
3. Motivasi dari pendidik untuk saling memaafkan
Untuk memupuk naluri untuk berdamai perlu motivasi dari orangtua maupun pendidik yaitu dengan cara:
Kepada yang menang:

  • Tumbuhkan empati dengan menggambarkan kesedihan lawannya
  • Mendorong untuk bisa saling memaafkan

Kepada yang kalah:

  • Hibur dan tenangkan perasaannya
  • Mengalihkan ke hal lain yang bisa menggembirakannnya
  • Tidak perlu turut menyalahkan pihak lain ( jangan ditanggapi jika anak melakukan hal itu)

4. Tidak perlu lari dari permasalahan
Perselisihan antar anak adalah wajar, dan membuat anak makin dewasa. Tidak perlu menjadikan alasan untuk memindahkan anak dari sekolah atau lingkungan tersebut, cukup upayakan mencari jalan keluarnya.
5. Menerima dengan lapang dada
Dibutuhkan kesabaran dan ketahanan mental dari orang tua untuk melihat pertengkaran yang terjadi antara anak. Tidak perlu para orang tua ikut campur terhadap pertengkaran antar anak karena setiap anak mempunyai naluri berkawan dan berdamai yang jauh lebih besar daripada keinginan bertengkarnya sehingga anak yang bertengkar akan cepat berdamai kembali. Orang tua hanya perlu berlapang dada dan memberi anak kesempatan menyelesaikan permasalahannya sendiri.

Istadi, Irawati. 2005. Mendidik dengan Cinta. Pustaka Inti, Jakarta.

Sumber Gambar : https://bamtelinedokunmak2011.files.wordpress.com/2010/10/20914.jpg