Kenapa Harus Malu Memanggilku “sayang”?

 

Kenapa Harus Malu Memanggilku “sayang”
Ibu dan adik saya memprotes saat mendengar saya memanggil suami saya dengan panggilan “mas” saja. “Nggak mesra banget, sih?!” protes adik saya dengan nada bercanda. Saya hanya menanggapi dengan senyum tersipu-sipu. Hihi…

Sebetulnya, panggilan mesra itu ada. Setiap pasangan pasti punya panggilan kesayangan masing-masing. Tapi, aplikasinya tentu berbeda-beda. Walaupun saya ngakunya romantis, tapi untuk memanggil suami dengan panggilan “Sayang” atau “Cinta” di depan umum, rupanya nggak pede juga. Begitu juga jika saya yang dipanggil begitu oleh suami. Tidak seperti tante dan om saya yang hingga usia pernikahan hampir menginjak 20 tahun masih saja mesra dan saling memanggil dengan “Sayang”, meski di hadapan orang lain.

Sebetulnya, penting nggak sih, panggilan romantis itu?

Penting, kata saya. Cuman, kalo di depan orang lain, hmm…saya masih mikir-mikir. Selain masih malu-malu, rasanya kok agak kurang etis mengumbar romantisme seperti itu untuk khalayak ramai. Kecuali mungkin untuk momen-momen tertentu. Kenapa? Karena bisa jadi teman-teman yang belum menikah jadi iri dan nggak enak hati. Meski itu bisa jadi motivasi, tapi, tetap saja, kasihan…

Rosulullah memanggil Aisyah dengan beberapa panggilan romantis untuknya. Humaira’ misalnya. Dipanggil begitu karena pipi Aisyah selalu nampak kemerah-merahan. Atau Ummu Abdillah, sebagai bentuk penghormatan Rosulullah terhadap Aisyah. Itu berarti, Rosulullah sendiri mengajarkan para suami untuk memanggil istrinya dengan panggilan romantis. Iya, kan?

Hanya saja, mungkin penempatannya lebih hati-hati lagi…Jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial…

Sumber Gambar : http://4.bp.blogspot.com/-OjXoC_VIlcM/UyFpmddV5bI/AAAAAAAALgo/cMWbs_SbMHY/s1600/Rose+11.jpg

One comment

  1. Alhamdulillah….saya memanggil suami dg “sayang”, suami memanggil saya “cantik” (meskipun saya tidak cantik) :)

Comments are closed.