Anak Introvert Vs Anak Ekstrovert

Anak Introvert Vs Anak Ekstrovert

Bunda Faris kebingungan menghadapi Farhan, putera keduanya yang berumur 7 tahun. Berbeda dengan Faris yang selalu ceria dan aktif, putera sulungnya yang juga kakak Farhan, Farhan sangat pendiam dan pasif. Anak kelas 2 SD itu tidak banyak bicara, cenderung tertutup, dan jarang bergaul.

Ada apa sebetulnya? Sang ibu selalu merasa kasih sayangnya terhadap Faris dan Farhan sama dan tidak pilih kasih. Ia telah berusaha bersikap adil terhadap keduanya. Tapi, kenapa anak-anak ini sangat berbeda, seperti dari planet yang berbeda?

Melihat kasus ini, sebetulnya bukan suatu hal yang baru lagi dalam dunia pendidikan dan psikologi anak. Pada dasarnya, setiap anak dilahirkan berbeda. Bahkan anak kembar pun memiliki perbedaan.

Introvert vs Ekstrovert

Introvert adalah kecenderungan seorang anak untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Sikap dan keputusan yang ia ambil untuk melakukan sesuatu biasanya didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Mereka biasanya pendiam dan merasa tidak butuh orang lain karena merasa kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri.

Ekstrovert adalah kecenderungan seorang anak untuk mengarahkan perhatiannya  keluar dirinya. Sehingga segala sikap dan keputusan-keputusan yang diambilnya adalah berdasarkan pada pengalaman-pengalaman orang lain. Mereka cenderung ramah, terbuka, aktif dan suka bergaul.

Awalnya, introvert dan ekstrovert adalah sebuah reaksi seorang anak terhadap sesuatu. Namun, jika reaksi demikian ditunjukkan terus menerus, maka dapat menjadi sebuah kebiasaan, dan kebiasaan tersebut akan menjadi bagian dari tipe kepribadiannya.

Kepribadian yang baik adalah kepribadian yang seimbang, yakni memiliki dua kecenderungan ini, introvert dan ekstrovert. Mengapa? Karena dengan memiliki kecenderungan ini, kebutuhan seorang anak akan privasinya dan juga hubungan sosialnya akan terpenuhi.

Contohnya saja, Farhan, dia memiliki kecenderungan untuk introvert. Namun jika orangtuanya mampu mengarahkannya, mampu memberikan “pancingan” untuk bersikap lebih terbuka, maka Farhan akan memiliki kepribadian yang lebih seimbang. Sedangkan Faris, yang cenderung lebih ekstrovert, jika orangtuanya mampu mengarahkannya pada hal-hal yang benar, maka ia juga akan memiliki kepribadian yang seimbang.

Dari berbagai sumber.

Sumber Gambar : http://www.paulacaneque-psicologa.com/uploads/2015/01/depresi%C3%B3n-infantil.jpg

One comment

  1. “Awalnya, introvert dan ekstrovert adalah sebuah reaksi seorang anak terhadap sesuatu. Namun, jika reaksi demikian ditunjukkan terus menerus, maka dapat menjadi sebuah kebiasaan, dan kebiasaan tersebut akan menjadi bagian dari tipe kepribadiannya.
    Kepribadian yang baik adalah kepribadian yang seimbang, yakni memiliki dua kecenderungan ini, introvert dan ekstrovert. Mengapa? Karena dengan memiliki kecenderungan ini, kebutuhan seorang anak akan privasinya dan juga hubungan sosialnya akan terpenuhi.”
    saya setuju sekali dengan hal tersebut. ini sejalan dengan analisis saya. saya memang merasa diri saya introvert, namun intro dan ekstro yang kita rasakan adalah sebuah kebiasaan kita dari masa kecil. keduanya bisa diakui, keduanya sama-sama memiliki manfaat.
    yang saya sayangkan, biasanya sering terjadi “penindasan” dari kaum A terhadap kaum B. seharusnya itu tidak terjadi, karena kaum A harusnya menyadari bahwa yang terjadi pada kaum B adalah sebuah keadaan dan bukan pilihan dari kaum B.

Comments are closed.